Harga Kedelai Naik, Produsen Tahu-Tempe Mogok Massal Stop Produksi
Metrobanten, Tangerang – Kenaikan harga bahan baku kedelai dari Rp7.200 kini menjadi Rp9.200 per kilogram, membuat dampak buruk bagi kebutuhan masyarakat di wilayah Provinsi Banten dan wilayah lainnya di pulau Jawa.
Sejumlah pengusaha produsen tahu dan tempe di Jabotabek memutuskan untuk menggelar aksi mogok atau berhenti berproduksi sebagai protes lantaran harga kedelai melonjak di pasaran.
Ketua Bidang Hukum Sedulur Pengerajin tahu Indonesia (SPTI), Fajri Safii kepada wartawan mengatakan, aksi mogok produksi tersebut dilakukan lantaran dipicu oleh kenaikan harga kedelai yang melonjak hingga 35 persen.
Baca juga: Klub Malam MBargo EC Gading Serpong Disegel Aparat Gabungan
Menurutnya, langkah itu mau tidak mau menjadi opsi terakhir bagi pengrajin karena hingga kini harga kedelai terus melonjak tajam. Ia menjelaskan bagaimana harga kedelai bisa terus naik setiap harinya. Kondisi itu menyulitkan bagi pengrajin, karena kenaikannya sudah tidak lagi wajar.
Kenaikan kedelai nggak stabil. Harganya naik di hari ini, besoknya naik lagi. Harga normal di angka Rp. 7.000 – 7.500/Kg. Sekarang sampai Rp. 9.200 bahkan 10 ribu, bahkan ada yang lebih dari 10ribu/Kg,” katanya.
Baca juga: Wakil Walikota Minta PMI Kota Tangerang Sosialisasikan Terapi Plasma Konvalesen
Terkait lonjakan harga kedelai itu, Fajri menilai bahwa pemerintah seperti diam saja dan tidak mengambil tindakan apapun terhadap kenaikan harga kedelai. Bahkan pihaknya menduga, dalam kenaikan harga kedelai banyak kartel yang bermain.
“Kalau melihat Peraturan Menteri Perdagangan nomor: 24/M-DAG/PER/5/2013 tentang ketentuan import kedelai dalam rangka stabilitas harga kedelai. Peraturan ini dianggap menghambat tumbuhnya importir-importir baru yang menyebabkan seseorang importir lama semaunya menetukan harga, dan melakukan kesepakatan harga atau kesepakatan pembagian wilayah pemasaran. Hal ini jelas bertentangan dengan UU No.5 Tahun 1999 tentang praktek monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat,” ungkap Fajri.
Sementara, Ketua Umum Sahabat Pengrajin Tempe Pekalongan (SPTP) Indonesia,, Haryanto mengaku tak sedikit para pengrajin yang tergabung dalam organisasinya banyak yang gulung tikar akibat dari kenaikan harga kedelai.
Pengrajin tahu dan tempe asal Pekalongan yang kini tinggal di Tangerang, itu berharap kepada pemerintah untuk bisa menekan kembali harga kedelai seperti semula.
“Dengan adanya kenaikan harga kacang kedelai import yang sangat tinggi dari Rp 7000, kini berubah menjadi Rp 9500 per kilonya telah menimbulkan keresahan. Lonjakan harga ini akan memicu para pengrajin gulung tikar. Kami berharap kepada pemerintah bisa menstabilkan kembali harga seperti semula,” ucap Haryanto.
Haryadi (35), salah satu pedagang tahu dan tempe di Pasar Anyar Kota Tangerang mengaku akibat kenaikan harga kedelai tersebut tidak dapat berjualan lagi, akibat pabrik tempe lagi tidak membuat dagangan akibat dampak mogok produksi tiga hari yang dilakukan para pengrajin membuatnya nganggur.
“Dampak mogok selama tiga hari ini sangat jelas, karena ini saya nganggur dan tidak ada pemasukan apa-apa. Kita sebagai pedagang kecil supaya pemerintah mengerti apa yang dirasakan pedagang kecil, kami berharap pemerintah bisa menstabilkan harga kedelai, kalau bisa kembali lagi melalui Bulog,” ungkap Haryadi.
Pantauan wartawan, aksi mogok produksi tersebut ditandai dengan menandatangani sebuah petisi yang dilakukan oleh puluhan perwakilan organisasi gabungan pengusaha dan pengrajin tahu dan tempe Se-Jabodetabek dengan kesepakatan menolak kenaikan harga kacang kedelai. (red).