Gedung Sekolah dan Mushola di Lebak Hampir Terseret Longsor Akibat Hujan
Metrobanten, Lebak – Sebuah sekolah dan musala nyaris amblas ke jurang di Desa Wana Sari, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten.
BNPB menyebutkan bahwa akibat bencana itu membuat SMA N 3 Cibeber rusak. Sejumlah ruang kelas rusak dan bangunan lain.
Tanah di lokasi yang berada di tepi jurang itu mengalami pergerakan dan patahan akibat hujan dengan intensitas tinggi, sehingga mengalami longsor pada Jumat (30/10). “Selain hujan, terjadinya pergerakan tanah juga dipengaruhi oleh kondisi lahan di kawasan perbukitan yang labil,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati, Sabtu (31/10).
Baca juga: Polda Banten Sosialisasikan Prokes dan Ajak Masyarakat Tertib Berlalulintas
“Dua ruang kelas rusak berikut satu ruang perpustakaan dan satu bangunan mushala,” kata Raditya Jati.
Ia mengatakan korban jiwa dinyatakan nihil dan kerugian masih dalam pendataan lebih lanjut.
Raditya mengatakan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan data prakiraan cuaca hujan lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang berpotensi terjadi di wilayah Provinsi Banten hingga Sabtu.
Baca juga: HUT PP Ke-61: MPC Pemuda Pancasila Kota Tangerang Gelar Upacara dan Tabur Bunga di TMP Taruna
Selain Banten, kata dia, prakiraan cuaca serupa juga berlaku untuk sejumlah wilayah seperti Aceh, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Papua.
Adapun BMKG, lanjut dia, sebelumnya juga menyebutkan bahwa tingkat intensitas curah hujan selama musim penghujan di penghujung tahun 2020 dan di awal tahun 2021 terjadi peningkatan hingga mencapai 40 persen akibat dampak fenomena La Nina.
“Oleh sebab itu, BNPB meminta pemangku kebijakan dan masyarakat di daerah dapat melakukan upaya mitigasi bencana dan segera mengambil tindakan yang dianggap perlu dalam kaitan pengurangan risiko bencana terkait dampak dari fenomena La Nina,” demikian Raditya Jati. (red)