Ditengah Pandemi COVID-19, Penerapan Kesehatan jadi Budaya Baru Pesantren di Kota Tangerang
Metrobanten, Tangerang – Pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, jamak menyisakan berbagai persoalan sosial di tengah masyarakat, karena dampak yang diakibatkan terhadap berbagai aktivitas kehidupan. Tak terkecuali bagi kehidupan para santri di lingkungan Pondok Pesantren (Ponpes).
Budaya baru di lingkungan Ponpes pun diterapkan. Pembiasaan kepada para santri untuk menerapkan kehidupan yang lebih berkualitas terutama kesehatan. Baik dalam lingkungan Ponpes Khalafi atau Modern maupun Salafi atau kobong.
Pimpinan Ponpes Nur Aulia, Kecamatan Periuk, H Ahmad Mulyadi, mengungkapkan, pesantren di Kota Tangerang hanya libur sekitar dua minggu diawal pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia.
Baca juga: Pengaruh Musik Terhadap Kinerja Otak Manusia
“Setelah itu, kami seluruh pimpinan Ponpes di Kota Tangerang berdiskusi dengan Kemenag, Gubernur hingga Wali Kota. Alhamdulillah, dengan komitmen bersama Ponpes bisa kembali beraktivitas normal dengan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat,” ungkap H. Ahmad, saat ditemui di Ponpes Nur Aulia, Senin (26/10/20).
Ia mengungkapkan, sejak dimulainya aktivitas Ponpes di masa pandemi, seluruh santri di lockdown di lingkungan Ponpes saja. Selain menyediakan fasilitas protokol kesehatan, para santri Ponpes Nur Aulia tidak diperbolehkan dijenguk orangtua seperti biasanya.
Baca juga: Merger Bank Syariah BUMN, Jokowi Ingin Bangkitkan Raksasa Tertidur
Namun, dalam aktivitas keseharian, para santri tidak ada yang berubah, hanya ada beberapa pembatasan dan aturan yang harus dipatuhi.
“Hingga saat ini, aktivitas tidak ada yang berubah. Sebelum pandemi, kebiasaan para santri mandi sebelum subuh, zuhur, hingga sebelum tidur. Selain itu, tidak pernah lepas dari wudhu setiap waktunya. Di masa pandemi, menjaga kebersihan bukan hal sulit. Hanya tinggal mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas dan selalu mengenakan masker dan jaga jarak,” tegas H Ahmad.
Hal serupa pun diterapkan, di Ponpes Al Hasyimiyyah, Kecamatan Neglasari, sebagai salah satu Ponpes modern yang tetap menjalankan aktivitas belajar di tengah pandemi, dengan komitmen penerapan protokol kesehatan.
“Saat ini, segala aktivitas anak-anak santri selalu mengenakan masker. Anak-anak tidak boleh keluar pondok, dijenguk sebulan sekali, santri yang pulang wajib saat baliknya ke pondok harus membawa surat bebas Covid-19, aktivitas santri juga dibatasi. Mulai dari jaga jarak dan tak boleh ikut kegiatan di luar pondok,” tutur Pimpinan Ponpes Al Hasyimiyyah, H. Saepul Bahri, Kecamatan Neglasari.
Ia pun mengaku, di masa pandemi para santri ditugaskan untuk lebih menjaga kebersihan diri. Selain itu membentuk Satgas kebersihan, untuk mengatur piket pembersihan ruangan kelas, musala hingga kamar para santri.
Lingkungan Ponpes pun rutin disemprot disinfektan. Semua diterapkan dan menjadi komitmen bersama semua pihak, sehingga tak akan ada klaster Ponpes di Kota Tangerang.
“Tak ada trik khusus untuk menjaga lingkungan Ponpes. Kuncinya hanya mengikuti aturan yang sudah ditetapkan saja. Sejauh ini, semua aman, daripada anak-anak diliburkan malah main kemana-mana. Lebih baik seperti ini, diajak komitmen untuk jaga kesehatan dan sekolah tetap berjalan,” jelasnya.
Para santri pun turut menjaga kebersihan kamar, lokasi belajar, hingga mencuci tangan sebelum dan setelah beraktivitas apa pun dan tentunya pakai masker.
“Tidak terlalu berbeda jauh seperti tahun sebelumnya. Sejak dulu, kami meyakini kebersihan adalah sebagian dari iman. Kini, kebersihan menjadi kunci sukses melawan pandemi Covid-19. Maka, sekarang tinggal kami perketat saja kebersihannya,” tutur salah seorang santri Ponpes Al Hasyimiyyah. Maulana Yusuf.
Sementara itu, Fatma Sari, santri Ponpes Nur Aulia mengaku, menjaga kebersihan kamar menjadi yang utama baginya. Menjemur kasur, membuka ventilasi udara menjadi hal rutin yang dilakukannya setiap pagi.
“Kami juga terus membaca doa-doa yang diberikan guru untuk menangkal berbagai virus penyakit. Kami santri juga mengurangi aktivitas keramaian. Seperti makan yang biasanya bersama-sama, sekarang sendiri,” jelasnya.
Ia pun mengaku, sudah dua enam bulan tak bertemu orangtuanya. Namun, hal tersebut tak menyurutkan semangatnya dalam menuntut ilmu.
“Kangen, tapi ya kami disinikan harus saling jaga. Jangan sampai pengunjung (orangtua) datang ternyata bawa virus. Jadi bersabar, berdoa dan selalu kirim doa untuk orang tua di rumah,” katanya. (red)