Awas, Penyalahgunaan Narkotika Bisa Picu Delirium atau Halusinasi
Metrobanten, Kesehatan – Pernah mendengar istilah delirium? Kondisi ini merupakan gangguan mental serius yang menyebabkan pengidapnya mengalami kebingungan parah, sehingga kesadaran akan lingkungan sekitarnya menjadi berkurang.
Delirium menyebabkan perubahan dalam fungsi otak yang terjadi bersamaan dengan penyakit mental atau fisik lainnya.
dr.Ciptanti Cahyaningrum mengatakan Kondisi yang dimana seseorang mengalami hal yang tak nyata, namun bagi orang tersebut kejadian tersebut terasa sangat begitu nyata maka bisa dimungkinkan terjadi gangguan mental yg menyebabkan munculnya delusi atau mungkin halusinasi.
Baca juga: Waspadai Efek Ekstasi bagi Kesehatan Tubuh
“Delusi merupakan gangguan mental dimana penderitanya tidak dapat membedakan apakah yg ia alami tersebut merupakan suatu kenyataan ataukah imajinasinya saja sehingga penderita menjadi yakin pada sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.” Ucap Ciptanti dalam konsultasi daringnya di Alodokter.
Apakah penyalahgunaan narkotika menjadi salah satu faktor risiko delirium yang perlu dihindari? Untuk penjelasan selengkapnya, simak di bawah ini, ya.
Penyalahgunaan Narkotika Menjadi Faktor Risiko Delirium
Penyalahgunaan narkotika menjadi salah satu faktor risiko delirium. Kondisi ini menjadi salah satu efek karena tidak lagi mengonsumsi narkotika atau alkohol. Delirium bisa juga disebut dengan sakau, yaitu gejala tubuh yang terjadi akibat berhenti mengonsumsi narkotika secara mendadak, sehingga tubuh mengalami penurunan dosis secara drastis dan tidak dapat menyesuaikan dengan baik.
Baca juga: Ketahui Heroin dan Bahaya yang Mengancam Kesehatan Penggunanya
Penggunaan narkoba awalnya dipengaruh oleh lingkungan sosial seseorang. Risiko kecanduan dan penyalahgunaannya sendiri akan tergantung dari jenis narkotika yang dikonsumsi. Beberapa jenis narkotika memiliki risiko lebih tinggi menyebabkan ketergantungan. Bukan hanya penyalahgunaan narkotika saja, berikut ini sejumlah faktor risiko delirium lainnya:
- Terganggunya pengiriman dan penerimaan sinyal di otak karena penyakit atau kondisi mental seseorang.
- Pengidap mengalami malnutrisi. Kondisi ini bukan hanya mengacu pada kekurangan asupan makan saja, tetapi juga mengonsumsi makanan dengan kandungan gizi tidak seimbang.
- Pengidap mengalami dehidrasi.
- Pengidap mengalami ketidakseimbangan metabolik, seperti kadar sodium atau kalsium yang rendah.
- Pengidap mengalami penyakit kronis atau terminal.
- Pengidap mengalami serangan jantung, cedera akibat jatuh, atau stroke.
- Pengidap memiliki tekanan emosi berat atau kekurangan waktu beristirahat.
- Pengidap terpapar racun.
- Pengidap mengalami pneumonia.
Jika kamu merasa ketergantungan obat-obatan terlarang akibat penyalahgunaan narkoba yang dilakukan, silahkan diskusikan dengan dokter di aplikasi Halodoc untuk mengetahui langkah penanganan yang tepat. Jangan tunggu sampai efek sampingnya muncul, karena dapat membahayakan diri kamu sendiri.
Kenali Gejala dan Jenis Delirium yang Bisa Saja Dialami
Saat mengidap delirium, pengidap biasanya akan menunjukkan gejala perubahan kondisi mental dalam beberapa jam hingga beberapa hari. Berikut ini beberapa gejala delirium yang perlu diwaspadai:
- Penurunan kognitif otak, yang ditandai dengan penurunan daya ingat jangka pendek, berbicara bertele-tele kesulitan berbicara, kesulitan mengingat kata, serta kesulitan memahami pembicaraan.
- Penurunan kesadaran terhadap lingkungan sekitar yang ditandai dengan sulit fokus atau sulit mengganti topik pembicaraan, mudah terdistraksi oleh hal tidak penting, serta suka melamun.
- Perubahan perilaku, yang ditandai dengan halusinasi, gelisah, perilaku agresif, suara mengerang, menutup diri dari lingkungan sosial, serta gangguan tidur.
- Penurunan kestabilan emosional, yang ditandai dengan gelisah, takut atau paranoid, depresi, mudah tersinggung, apatis, perubahan suasana hari secara tiba-tiba, serta perubahan kepribadian.
Gejala dalam intensitas yang parah bisa saja memburuk saat malam hari saat kondisi kamar dan lingkungan sekitar gelap. Kondisi tersebut akan terlihat asing di mata pengidap. Jika gejala muncul, jangan dibiarkan begitu saja. Hal tersebut dapat memicu komplikasi serius, seperti penurunan kesehatan secara umum, serta penyembuhan penyakit yang berjalan lambat. (red)