Laksa Ditetapkan Jadi Warisan Budaya Tak Benda di Kota Tangerang
Metrobanten – Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menetapkan dua warisan budaya tak benda (WBTB) tahun 2023 dari Kota Tangerang.
Dua WBTB yang ditetapkan ialah kuliner Laksa Tangerang dan upacara Cio Tao.
“Untuk tahun ini Pemerintah Provinsi Banten mengusulkan dua warisan budaya tak benda, dan dua-duanya dari Kota Tangerang, yakni Laksa Tangerang dan upacara Cio Tao,” kata Rizal Ridolloh, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Tangerang
Rizal mengaku senang dengan ditetapkannya dua objek baru yang ditetapkan menjadi WBTB oleh Kemendikbudristek.
BACA JUGA: 10 Manfaat dan Kandungan Nutrisi Buah Anggur untuk Kesehatan
“Ini bukan hal kecil, karena proses penetapan harus memiliki kajian mendasar dan beberapa penilaian lain oleh tim dari Kemendikbud,” tukasnya.
Mush’ab Abdu salah satu tim ahli WBTB Kota Tangerang mengatakan, penetapan Laksa Tangerang dan Upacara Cio Tao menjadi WBTB Kota Tangerang melalui proses panjang.
Dimulai dari penetapan tim WBTB oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Tangerang pada Mei 2023 lalu.
Terdiri dari beberapa ahli yang meliputi akademisi, antropolog, arsitek, budayawan hingga sejarawan.
“Pemilihan Laksa Tangerang dan Cio Tao merupakan hasil riset mendalam. Secara prinsip WBTB itu berbeda dengan Cagar Budaya. Dipilihnya Laksa Tangerang adalah kerena memiliki resep dan cita rasa yang berbeda dengan Laksa yang ada di Jakarta, Bangka, Malaysia dan daerah lain,” katanya.
Berawal dari peranakan budaya Tionghoa dan Melayu, laksa menjadi salah satu kuliner khas Kota Tangerang yang baru ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Kota Tangerang.
BACA JUGA: Kawasan Wisata Kuliner Pasar Lama Terbakar, Pedagang Kocar Kacir
Hingga saat ini, laksa tetap digemari oleh banyak kalangan di Indonesia. Laksa adalah salah satu dari sekian banyak makanan tradisional ternama yang tercipta lewat perpaduan antara Tionghoa dengan Melayu.
“Sesuai dengan namanya, laksa berasal dari bahasa sanskerta yang berarti banyak. Kata banyak sendiri merujuk pada pembuatan laksa yang menggunakan racikan dari banyak macam bumbu dapur,” jelasnya.
Sementara, untuk upacara Cio Tao, kata Mush’ab secara sejarah dan budaya memiliki nilai yang kuat.
“Faktor sosial-budaya Cina Benteng, dan juga keberlangsungan adat yang masih bertahan dan terus dilakukan bisa dibilang salah satunya hanya ada di Tangerang se-nasional,” singkat Mush’ab. (red)