Tren Pelari Kalcer dalam Membentuk Identitas Gen Z di Media Sosial

Olahraga menjadi kebutuhan baru para gen-z, selain untuk kesehatan tentunya sebagai ajang pamer di media sosial.

Tren Pelari Kalcer dalam Membentuk Identitas Gen Z di Media Sosial
Tren Pelari Kalcer dalam Membentuk Identitas Gen Z di Media Sosial.

Metrobanten – Tren pelari “kalcer” mengacu pada fenomena anak muda yang menjadikan olahraga lari sebagai bagian dari gaya hidup, khususnya dengan memadukan unsur fesyen dan aktivitas di media sosial. 

Istilah “kalcer” sendiri merupakan singkatan dari “kali lari cepat”, dan digunakan secara santai untuk menggambarkan pelari yang bersemangat, stylish, dan aktif berbagi pengalaman lari mereka di media sosial seperti TikTok, Instagram, dan Strava.

Pelari kalcer bukan sekadar berlari untuk kesehatan atau kebugaran semata, melainkan menjadikan lari sebagai bagian dari gaya hidup yang ingin dipamerkan secara visual dan digital.

Kegiatan lari pun sering dikemas sedemikian rupa agar sesuai dengan tren dan estetika media sosial, misalnya dengan memilih rute lari yang instagramable, outfit yang fashionable, serta video atau foto yang diedit menarik.

Fenomena ini menunjukkan bahwa di era digital, aktivitas olahraga tidak hanya soal kesehatan, tapi juga soal identitas dan eksistensi sosial. Pelari kalcer dengan segala ciri khasnya menjadi representasi Gen Z, yang membangun komunitas dan citra diri melalui perpaduan olahraga dan konten di media sosial.

Pelari Kalcer: Antara Gaya Hidup dan Konten Media Sosial

Pelari kalcer muncul sebagai bagian dari tren gaya hidup sehat yang dikemas dengan estetika tinggi. Mereka tidak hanya berlari, tetapi juga memperhatikan tampilan, lokasi lari, dan cara merekam aktivitasnya agar terlihat menarik untuk diunggah ke media sosial.

Aplikasi seperti Strava kini tidak hanya berfungsi sebagai alat pencatat aktivitas olahraga, tapi juga sebagai media sosial yang membangun komunitas virtual pelari. Para pengguna dapat membagikan data hasil lari mereka, mulai dari jarak tempuh, kecepatan (pace), hingga rute yang dilalui. Fitur ini memungkinkan pelari saling memotivasi dan berkompetisi secara sehat dalam lingkup digital.

Sementara itu, di platform TikTok, tren video pelari dengan backsound viral “Panggil Aku Pelari Kalcer” menjadi fenomena tersendiri. Konten-konten tersebut umumnya menampilkan starter pack pelari kekinian—mulai dari outfit lengkap seperti baju lari yang fashionable, sepatu terbaru, hingga aksesori pendukung yang stylish. Setelah itu, video biasanya menampilkan tampilan pace lari dari aplikasi Strava yang dipamerkan sebagai bukti aktivitas dan performa lari.

Pengemasan konten yang menonjolkan sisi estetika dan performatif ini berhasil menarik perhatian banyak pengguna, khususnya Gen Z yang ingin menunjukkan bahwa mereka tidak hanya berlari, tetapi juga menjalani gaya hidup sehat dengan penuh gaya dan kesadaran digital. Tren ini memperlihatkan bagaimana olahraga dan media sosial saling bersinergi membentuk identitas baru di dunia modern.

Peran Influencer dalam Membentuk Identitas Sosial

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Nia Ramadhani Bakrie (@ramadhaniabakrie)

Nia Ramadhani, seorang artis terkenal di Indonesia, dikenal sebagai sosok yang rajin berolahraga, tidak hanya untuk menjaga kesehatannya sendiri tetapi juga untuk mengajak anak-anaknya agar terbiasa melakukan kegiatan olahraga secara rutin, sesuai dengan gaya hidup aktif yang diterapkan oleh ibu dari anak-anak Ardi Bakrie ini.

Para influencer menjadi katalis penting dalam memperkuat proses pembentukan identitas sosial ini. Mereka tidak hanya mempopulerkan tren pelari kalcer, tetapi juga menciptakan standar visual dan narasi yang kemudian direplikasi oleh para pengikutnya.

Melalui unggahan konten lari yang dikemas menarik, review perlengkapan olahraga, hingga gaya berpakaian tertentu, para influencer membentuk komunitas nilai yang secara sosial memberi rasa kepemilikan bagi generasi Z yang mengikuti mereka. Identitas “pelari kalcer” pun menjadi identitas sosial yang terbentuk dan diperkuat oleh interaksi digital.

Penelitian oleh Pohan, Siregar, dan Safitri (2024) menunjukkan bahwa influencer memiliki pengaruh kuat dalam membentuk gaya hidup dan cara pandang Gen Z terhadap identitas mereka. Media sosial seperti TikTok tidak hanya menjadi ruang hiburan, tetapi juga ruang untuk membangun citra diri berdasarkan kelompok sosial yang mereka ikuti dan nilai-nilai yang ingin mereka tampilkan kepada publik.

Dengan mengikuti tren lari estetik, menggunakan perlengkapan tertentu, serta memproduksi konten digital, mereka mengekspresikan siapa diri mereka dan merasa menjadi bagian dari kelompok yang diinginkan. Proses ini menunjukkan bahwa lari bukan hanya olahraga, tetapi juga simbol identitas sosial dan eksistensi digital.

Manfaat dan Tantangan Pelari Kalcer

Fenomena pelari kalcer memiliki dampak positif, seperti meningkatkan motivasi untuk berolahraga, membangun komunitas, dan memperluas jaringan sosial. Banyak anak muda yang terdorong untuk hidup lebih sehat karena ingin menjadi bagian dari tren ini.

Tren Pelari Kalcer dalam Membentuk Identitas Gen Z di Media Sosial

Namun, ada juga tantangan yang harus diperhatikan. Tekanan untuk tampil sempurna di media sosial berpotensi menimbulkan stres dan kompetisi tidak sehat. Selain itu, fokus berlebihan pada estetika dapat mengaburkan tujuan utama berolahraga, yaitu kesehatan dan kebugaran.

Pelari kalcer merupakan gambaran bagaimana olahraga lari di era digital telah bertransformasi menjadi fenomena sosial dan budaya, terutama di kalangan generasi Z.

Melalui media sosial, mereka membangun identitas dan komunitas yang unik, sekaligus menghidupkan gaya hidup sehat dengan cara yang baru dan menarik. Namun, penting untuk menjaga keseimbangan antara aspek estetika dan esensi olahraga itu sendiri agar lari tidak sekadar menjadi ajang pembuktian visual, melainkan benar-benar memberi manfaat bagi kesehatan dan kebahagiaan.

Disarankan bagi komunitas pelari dan influencer untuk terus mengedukasi masyarakat agar tren seperti pelari kalcer bisa menjadi inspirasi positif, bukan sumber tekanan sosial. Untuk pembaca, tetaplah berlari dengan tujuan utama menjaga kesehatan, dan nikmati prosesnya tanpa perlu terjebak dalam persaingan penampilan.

Referensi: Pohan, S., Siregar, W. D., & Safitri, A. (2024). Pengaruh influencer terhadap gaya hidup Gen Z.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *