PSBB Diperpanjang, Walikota Airin Lima Kali Ubah Perwal

PSBB Diperpanjang, Walikota Airin Lima Kali Ubah Perwal
Wali Kota Tangerang Selatan, Airin Rachmi Diany, rapat bersama jajarannya di Kantor Pemkot Tangsel, Jalan Maruga, Ciputat, Senin (7/9). (ISTIMEWA)

 

Metrobanten, Tangsel – Dalam keputusan Gubernur Banten Wahidin Halim, menerapkan PSBB seluruh kota dan kabupaten se-Banten.

Pemkot Tangsel kembali memperpanjang PSBB untuk ke-10 kalinya hingga memasuki tahap ke-11.

“Maka itu berlaku Pambatasan Sosial Berskala Besar,” ujar Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany di Kantor Pemkot Tangsel, Jalan Maruga, Ciputat, Senin (7/9).

Pihaknya mengakui Pemkot sudah lima kali mengubah Peraturan Wali Kota Tangsel (Perwal) terkait PSBB. Pelonggaran diizinkan di beberapa sisi, mamun ada juga pengetatan di beberapa sisi lainnya.

Baca juga: COVID-19 Meningkat, Gubernur Banten Berlakukan PSBB di Semua Wilayah

Pelonggaran dimaksudkan agar ekonomi dapat kembali bergeliat, sehingga masyarakat dapat mencari nafkah. Namun protokol kesehatan tidak boleh ditinggal. Selain memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan, Airin juga mengingatkan pola hidup sehat dan mengonsumsi makanan bergizi.

“Dilematis ketika pelonggaran membangkitkan ekonomi, namun memperbesar potensi penularan,” tutur Airin.

Sementara, jika tidak dilonggarkan, masyarakat tidak bisa mengonsumsi makanan bergizi karena pemasukan macet. “Kita berharap bahwa protokol kesehatan di hulu bisa dilakukan, jaga jarak, pakak masker, cuci tangan, menerapkan hidup bersih dan sehat, dengan asupan gizi yang seimbang,” harap dia.

Baca juga: Zaki Ikuti Rakor Pemantapan Penataan Kawasan Jabodetabek-Punjur Secara Virtual

Menurutnya, asupan gizi yang seimbang tentu perekonomian harus jalan, karena kesejahteraan masyarakat sangat penting untuk pola asupan gizi yang seimbang. Pihaknya bertugas untuk menyiapkan sarana-prasarana penanganan medis terkait Covid-19.

“Oleh karena itu, di hilir pemerintah memastikan bagi yang Covid-19 kalau tanpa gejala berarti isolasi mandiri, atau bisa menggunakan rumah lawan Covid-19,” ujarnya.

Sarana medis menjadi penting, ketika jumlah terkonfirnasi Covid-19 baru melonjak, kurva semakin lancip. “Ada kasus pasien meninggal dunia karena tidak dapat kamar ICU yang penuh di semua rumah sakit. Perlu waspada, namanya kurva pasti berubah ya. Ada lima hari lalu kejadian, satu orang cari ruang ICU penuhnya minta ampun, sampai akhirnya tidak tertolong,” kata Airin menceritakan penanganan pasien Covid -19 di rumah sakit.

“Tapi dua hari kemudan ada dua positif parah, tertolong. Jadi tergantung kurva, dan ketersediaan sarana-prasarana. Bantu kami menekankan ptotokol kesehatan jadi kewajiban masyarakat,” ujarnya. (red)

Back to top button