Sejarah Al-Qur’an Dibukukan oleh Zaid bin Tsabit di Masa Khalifah Utsman
Metrobanten, Khazanah – Sepeninggal Rasulullah SAW, barulah upaya untuk mengumpulkan tulisan-tulisan yang berisikan ayat-ayat Alquran mulai dilakukan. Hal ini terjadi pertama kalinya pada masa Khalifah Abu Bakar atas usulan Umar bin Khattab.
Dalam sejumlah riwayat, disebutkan bahwa pada awal kepemimpinannya, Abu Bakar dihadapkan pada peristiwa-peristiwa besar yang berkenaan dengan kemurtadan sebagian orang Arab.
Peperangan Yamamah yang terjadi pada tahun 12 H melibatkan sejumlah besar sahabat yang hafal Alquran. Dalam peperangan ini, 70 orang hafiz (penghafal Alquran) dari para sahabat gugur.
Dalam buku Kepemimpinan dan Keteladanan Utsman bin Affan yang ditulis oleh Fariq Gasim Anuz, diceritakan bagaimana awal mula upaya Utsman dan sahabatnya dalam mewujudkannya.
Baca juga: Nama lain Surat Al-Fatihah adalah Ummul Qur’an dan Diturunkan di Mekkah
Sebelumnya Utsman menerima laporan dari Hudzaifah terkait terjadinya perselisihan antara umatnya tentang Alquran. Khalifah Utsman menanggapi laporan Hudzaifah denga baik dan segera bermusyawarah dengan beberapa orang sahabat di Madinah.
Lalu mereka sepakat untuk menyatukan bacaan Alquran dengan membuat Musaf agar bacaan Alquran sama di antara umatnya.
Pertama kali yang dilakukan Khalifah Utsman adalah membentuk satu tim ahli untuk melaksanakan tugas penulisan Alquran. mayoritas ulama berpendapat ada empat orang, yaitu Zaid bin Tsabit dari Anshar.
Kemudian dari Quraisy, yaitu Abdullah bin Zubair, Said bin Ash, dan Abdurrahman bin Harits. Mereka semua adalah orang-orang yang berilmu dan teliti. Selain itu, ada pula yang berpendapat 5 orang dan 12 orang.
Baca juga: Keutamaan Bersedekah Menurut Al-Qur’an dan Hadits
Meski awalnya sempat ragu karena Rasulullah SAW tidak pernah memerintahkan pembukuan Alquran, demi kemaslahatan umat Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit (yang dikenal sebagai juru tulis Alquran di masa Rasulullah) untuk menuliskan dan mengumpulkan kembali naskah Alquran yang masih berserakan tersebut.
Zaid melakukan tugasnya ini dengan sangat teliti dan hati-hati. Maka itu, dia tidak hanya cukup mengandalkan hafalan yang ada dalam hati para hafiz tanpa disertai catatan yang ada pada para penulis.
Dalam sebuah riwayat, disebutkan bahwa Zaid berkata, ”Maka, aku pun mulai mencari Alqur’an. Kukumpulkan ia dari pelepah kurma, dari keping-kepingan batu, dan dari hafalan para penghafal, sampai akhirnya aku mendapatkan akhir surat Attaubah berada pada Abu Huzaimah Al-Anshari yang tidak kudapatkan pada orang lain.”
Perkataan itu lahir karena Zaid berpegang pada hafalan dan tulisan sehingga akhir surat Attaubah itu telah dihafal oleh banyak sahabat. Dan, mereka menyaksikan ayat tersebut dicatat. Tetapi, catatannya hanya terdapat pada Abu Huzaimah Al-Ansari.
Lembaran-lembaran yang dikumpulkan oleh Zaid tersebut kemudian disimpan di tangan Abu Bakar hingga ia wafat. Sesudah itu, lembaran-lembaran pun berpindah ke tangan Umar sewaktu ia masih hidup dan selanjutnya berada di tangan Hafsah binti Umar bin Khattab.
Baru pada masa kekhalifahan Usman bin Affan, untuk pertama kali, Alquran ditulis dalam satu mushaf.
Penulisan Alquran di masa Usman disesuaikan dengan tulisan aslinya yang terdapat pada Hafsah binti Umar. Usman memberikan tanggung jawab penulisan ini kepada Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin Ash, dan Abdurrahman bin Haris bin Hisyam. (arsa)