PEP Bangkitkan Produksi Energi dengan Target 213 MBOEPD

PEP Bangkitkan Produksi Energi dengan Target 213 MBOEPD
PEP Bangkitkan Produksi Energi dengan Target 213 MBOEPD.

Metrobanten – PT Pertamina EP (PEP), bagian dari Regional Jawa Subholding Upstream Pertamina, mencatatkan tonggak penting dalam perjalanan industrinya sepanjang 2024.

Menghadapi tantangan dari lapangan migas yang semakin mature dan kondisi pasar energi global yang dinamis, PEP berhasil membalikkan tren penurunan produksi.

Perusahaan ini mampu mencatatkan produksi sebesar 65.482 barel minyak per hari (BOPD) dan 809,40 juta kaki kubik gas per hari (MMSCFD), yang setara dengan 205,18 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD).

Pencapaian tersebut menjadi bukti nyata dari ketangguhan dan komitmen PEP dalam menjaga keunggulan operasional.

Prinsip operasional “Tepat Waktu, Tepat Anggaran, Tepat Ruang Lingkup, Tepat Hasil” (OTOBOSOR) terus dijalankan untuk mendukung aspek kesehatan, keselamatan, keamanan, dan lingkungan (HSSE).

Di tengah tekanan global untuk transisi energi dan pengurangan emisi karbon, keberhasilan PEP di tahun 2024 memperkuat posisinya sebagai salah satu tulang punggung produsen energi nasional.

Meski begitu, tantangan dari lapangan migas yang sudah tua dan hambatan perizinan tetap menjadi perhatian utama.

Menyongsong tahun 2025, PEP menargetkan peningkatan produksi menjadi 213 MBOEPD.

Target lifting terdiri atas 72.500 BOPD untuk minyak dan 625 MMSCFD untuk gas, atau setara 180 MBOEPD.

Plt Direktur Utama PEP, Muhamad Arifin, menegaskan bahwa strategi jangka panjang telah dirancang secara komprehensif.

“Kami fokus pada keberlanjutan jangka panjang melalui pengelolaan rasio cadangan terhadap produksi (RTP) dan rasio penggantian cadangan (RRR), serta memperkuat kinerja keuangan melalui manajemen biaya,” ujarnya.

Namun, Arifin juga menggarisbawahi sejumlah tantangan krusial.

Lapangan mature yang mendominasi aset PEP mengalami penurunan produksi alami lebih dari 10% setiap tahun, sehingga membutuhkan perawatan intensif serta biaya tinggi untuk mempertahankan integritas fasilitas.

Di sisi lain, perizinan lahan, terutama pada kawasan hutan dan pertanian, kerap menjadi penghambat dalam aktivitas eksplorasi dan eksploitasi.

“Tanpa dukungan pemerintah untuk mempercepat perizinan, target 2025 berisiko tertunda.

“Selain itu, ekspansi eksplorasi lepas pantai dan penerapan teknik pengeboran inovatif juga bergantung pada regulasi yang kondusif,” tambahnya.

Untuk menjawab tantangan itu, PEP mengandalkan modernisasi teknologi, termasuk penerapan teknik pengeboran canggih berbasis digitalisasi.

Komitmen terhadap lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) pun diwujudkan melalui berbagai inisiatif penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) serta teknologi penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon (CCUS).

Tahun 2024 juga menandai lahirnya inovasi baru.

Eksplorasi lepas pantai lewat sumur West Beluga di wilayah kerja PEP Donggi Matindok Field menjadi langkah awal pemboran eksplorasi laut dalam di Sulawesi.

Penerapan teknik pengeboran casing dan pemasangan pipa konduktor dengan metode piling terbukti efektif memangkas waktu dan biaya.

“Terobosan ini memungkinkan kami mengoptimalkan proyek di tengah persaingan global,” kata Arifin. (*)