Laksa Tangerang berbeda dengan laksa Betawi

Metrobanten, Kuliner – Lain ladang lain belalang. Lain lubuk lain ikannya. Seperti itulah makanan laksa. Atin (45), pedagang Laksa Kumis Bewok di Kawasan Kuliner Laksa di Kota Tangerang, Banten, mengatakan, laksa merupakan makanan yang dipengaruhi akulturasi keturunan Tionghoa-Melayu. Entah bagaimana kisahnya, laksa lalu menjadi makanan khas daerah sekitaran Jakarta (Betawi), mencakup Tangerang, Bogor, dan Cibinong.

Meski namanya sama, yakni laksa, setiap daerah itu memiliki kekhasan masing-masing atas makanan tersebut. Secara umum, laksa merupakan makanan yang menggunakan mi putih dan disiram dengan kuah berwarna kuning kemerahan (karena cabai). Bumbu dasar yang dicampur dalam kuah hampir sama, terdiri dari kunyit, jahe, lengkuas, kemiri, bawang merah, bawang putih, dan cabai.

”Laksa Tangerang berbeda dengan laksa Betawi dan Bogor. Yang membedakan adalah variasi kuahnya,” kata Atin.

Yang membedakan laksa-laksa Tangerang, Betawi, dan Cibinong/Bogor terletak pada kuahnya. Kekentalan kuah laksa Tangerang berasal dari parutan kelapa yang disangrai dan kacang hijau. Kuah berisi potongan kentang berukuran dadu. Laksa dimakan dengan menggunakan mi putih (terbuat dari beras prak yang dicampur dengan air dan dimasak. Selanjutnya, dibentuk bulat panjang sebesar lidi dengan menggunakan alat tersendiri).

Kuah yang kental dari laksa Cibinong/Bogor berasal dari potongan oncom. Laksa ini dimakan dengan ketupat atau bihun, ditambah taoge panjang, suwiran daging ayam, udang, dan telur rebus. Penyuka laksa ini sering menambahkan sambal cuka sebagai pelengkap rasa.

Sementara laksa Betawi biasanya berisi telur, ketupat, taoge pendek, daun kemangi, dan kucai. Mi yang digunakan adalah bihun. Adapun lauk pelengkapnya adalah perkedel. (arsa)

 

Back to top button