Ketahui Perbedaan Ilusi, Delusi, dan Halusinasi yang Sering Dianggap Sama
Kesehatan – Ilusi, delusi, dan halusinasi sering kali dianggap bermakna sama, padahal ketiga istilah tersebut punya arti yang berbeda, lho. Namun, yang pasti, ketiganya umum dialami oleh penderita gangguan jiwa tertentu, seperti skizofrenia atau gangguan psikotik.
Ilusi, delusi, dan halusinasi merupakan istilah yang erat kaitannya dengan kesehatan mental. Pasien gangguan jiwa yang mengalami kondisi tersebut sulit untuk membedakan hal yang nyata dan tidak.
Perbedaan Ilusi, Delusi, dan Halusinasi
Supaya lebih jelas dan tidak salah kaprah lagi, simak penjelasan berikut mengenai perbedaan ilusi, delusi, dan halusinasi:
Ilusi
Ilusi merupakan kondisi ketika rangsangan yang diperoleh dari salah satu atau beberapa pancaindra salah diartikan, sehingga tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Kondisi ini kadang bisa dialami oleh orang yang sehat, tetapi lebih umum terjadi pada penderita skizofrenia.
Baca juga: Waspada, 5 Hal Ini Bisa Menyebabkan Penyakit Jantung di Usia Muda
Apa sajakah contoh ilusi? Orang yang mengalami ilusi penglihatan bisa merasa melihat hewan tertentu lewat di depannya, padahal sebetulnya yang lewat hanyalah orang bersepeda atau naik motor. Terkadang orang yang mengalami ilusi juga bisa melihat suatu benda dengan ukuran yang lebih besar atau lebih kecil daripada ukuran sebenarnya.
Pada ilusi pendengaran, orang yang mengalaminya bisa merasa mendengar suara orang berlari, tetapi sebenarnya orang itu hanya berjalan. Contoh lain juga bisa berupa mendengar suara tangisan seseorang, padahal suara tersebut berasal dari desiran angin atau orang yang sedang berbicara.
Delusi
Delusi merupakan salah satu gejala khas dari gangguan mental, seperti psikosis, skizofrenia, gangguan kepribadian, gangguan bipolar, dan demensia. Namun, terkadang delusi juga bisa dialami oleh orang yang depresi atau terkena penyakit Parkinson.
Delusi adalah kondisi di mana penderitanya tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak. Orang yang mengalami gangguan delusi sering kali akan menganggap apa yang dialami, dilihat, atau didengarnya benar-benar terjadi dan meyakinkan orang lain bahwa hal tersebut adalah fakta.
Delusi yang sering juga disebut waham ada beberapa macam, yaitu waham paranoid, waham kebesaran, erotomania, dan waham bizzare. Contoh dari delusi paranoid adalah ketika seseorang merasa ada orang lain yang membenci atau ingin menyakiti mereka, padahal tidak ada.
Sementara contoh untuk delusi bizzare bisa bermacam-macam dan aneh. Ketika mengalami waham ini, seseorang akan memercayai suatu hal yang cenderung tidak masuk akal, misalnya jiwa dan pikiran mereka dikendalikan oleh televisi atau mereka hendak diculik makhluk luar angkasa.
Penyebab delusi
Delusi adalah suatu penyakit mental sehingga terdapat faktor risiko yang dapat mempengaruhi kondisinya pada seseorang:
- Genetik – sama halnya dengan skizofrenia, gangguan delusi lebih mungkin terjadi pada Anda jika ada anggota keluarga yang mengalami hal yang sama. Hal ini sangat mungkin diturunkan dari orangtua ke anaknya.
- Biologis– gangguan delusi kemungkinan terbentuk jika bagian otak untuk proses berpikir (lobus frontal) dan persepsi (lobus parietal) mengalami gangguan seperti pertumbuhan tumor otak.
- Lingkungan atau psikologis– gangguan delusi juga dapat dipicu karena adanya stress berlebih perilaku berisiko seperti konsumsi berlebih dan penyalahgunaan narkotika. Seseorang yang mengalami kesepian dan terisolasi karena kecacatan indera pendengaran dan penglihatan juga dapat mengalami delusi.
Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan persepsi yang membuat seseorang mendengar, melihat, mencium, dan merasa sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Tidak seperti ilusi yang merupakan kesalahan dalam persepsi pancaindra, sensasi pada halusinasi diciptakan oleh pikiran pasien sendiri tanpa adanya sumber yang nyata.
Contoh halusinasi adalah ketika penderitanya melihat objek atau mendengar sesuatu, tapi sebenarnya hal tersebut tidak ada dan tidak dilihat oleh orang lain. Contoh dari kondisi ini adalah seseorang merasa mendengar bisikan atau suara orang lain yang berbicara kepadanya, padahal ia sedang sendirian di kamar.
Baca juga: Dokter Mata, Solusi Tepat Mengatasi Masalah Kesehatan Pada Mata Anda
Halusinasi biasanya disebabkan oleh gangguan kejiwaan tertentu, seperti skizofrenia, demensia, gangguan kepribadian ambang, dan gangguan bipolar atau depresi dengan gejala psikosis. Selain itu, orang yang mengalami gangguan saraf dan otak, seperti penyakit Parkinson, delirium, stroke, dan penyakit Alzheimer, juga bisa mengalami halusinasi.
Nah, sekarang kamu sudah tahu perbedaan dari ilusi, delusi, dan halusinasi, kan? Jadi, jangan keliru lagi dalam menggunakan ketiga istilah ini, ya.
Bila seseorang mengalami ilusi tetapi tidak disertai keluhan lain, umumnya kondisi ini tidak perlu dikhawatirkan, apalagi bila hanya terjadi sesekali. Namun, jika muncul delusi atau halusinasi, sebaiknya segera periksakan ke dokter.
Ilusi yang berulang, delusi, atau halusinasi sebaiknya dikonsultasikan ke psikolog atau psikiater.
Dengan begitu, dokter dapat mendiagnosis gangguan mental atau penyakit yang menjadi penyebabnya, serta memberikan penanganan yang sesuai, seperti psikoterapi atau obat-obatan.
Penyebab halusinasi
Gejala halusinasi dapat dipicu oleh beberapa penyebab, di antaranya:
- Gangguan mental– berbagai gangguan mental yang menyebabkan seseorang tidak dapat menyebabkan kenyataan dan imajinasi seperti delusi dapat menyebabkan halusinasi. Gejala halusinasi juga dapat terjadi pada penderita skrzofernia, dementia, dan delirium.
- Penyalahgunaan obat– hal ini penyebab yang umum dalam menyebabkan halusinasi. Seseorang dapat mendengar atau melihat sesuatu yang tidak nyata jika mereka dalam kendali alkohol, kokain dan obat-obatan halusinogen.
- Kekurangan waktu tidur– lebih mungkin terjadi jika seseorang mengalami kekurangan waktu tidur atau tidak tidur dalam waktu beberapa haria atau waktu yang lebih lama.
- Kondisi kesehatan – terdapat berbagai kondisi kesehatan yang menyebabkan seseorang mengalami halusinasi di antaranya:
- Sedang menjalani pengobatan
- Penyakit dengan stadium terminal seperti pada kanker, AIDS, atau gagal ginjaldan liver.
- Mengalami Parkinson
- Demam tinggi
- Migrain
- Isolasi sosial, terutama pada lansia
- Cacat indera pendengaran dan pengelihatan
- Epilepsi
Perbedaan cara menangani delusi dan halusinasi
Gangguan delusi ditangani dengan terapi kejiwaan seperti psikoterapi, terapi perilaku kognitif, dan terapi keluarga. Tujuan terapi kejiwaan pada pendeita delusi adalah mengurangi stress, membantu penderita berinteraksi dan mendekatkan penderita dengan keluarga dan orang terdekat.
Terapi obat untuk penderita delusi mencakup obat neuroleptic dan antipsikotik untuk menekan hormon dopamine dan serotonin pada otak serta obat antidepresan.
Sedangkan orang yang mengalami halusinasi ditangani dengan pemberian obat yang memperlambat kerja otak, namun penanganan halusinasi disertai dengan faktor yang menyebabkannya untuk mengurangi keparahan halusinasi.
Konseling kejiwaan juga diperlukan agar seseorang yang mengalami halusinasi dapat mengerti lebih baik akan kondisi yang dialaminya. (arsa)