Kenali Gejala dan Penanganan Alergi Bulu Kucing

Kenali Gejala dan Penanganan Alergi Bulu Kucing
Alergi Bulu Kucing.

Metrobanten – Bagi sebagian orang, kucing mungkin adalah binatang yang lucu dan menggemaskan. Tak jarang juga yang akhirnya menjadikan kucing sebagai hewan peliharaan di rumah.

Namun, lain halnya dengan orang yang memiliki alergi terhadap bulu kucing. Melihat hewan yang satu ini berkeliaran di dekatnya akan memunculkan sejumlah gejala alergi yang mengganggu.

Alergi bulu kucing adalah kondisi ketika tubuh mengalami reaksi atau gejala ketika terpapar bulu kucing yang mengandung pemicu alergi. Lalu, apakah alergi bulu kucing berbahaya? Tentu itu tergantung pada kondisi setiap orang yang mengalaminya.

Jika reaksi alergi ringan, tentu bisa dikelola dengan menghindari pemicu alergi dan tidak berbahaya. Namun, jika reaksi alergi yang dialami berat (bahkan sampai anafilaksis), tentu itu berbahaya.

Berbagai Gejala Alergi Bulu Kucing

Gejala alergi bulu kucing umumnya sama seperti gejala alergi pada umumnya. Gejala yang timbul bisa ringan hingga berat, tergantung reaksi tubuh terhadap zat pada bulu kucing. Gejala ini dapat timbul dalam hitungan menit hingga jam setelah bersentuhan dengan bulu kucing.

Beberapa gejala ringan yang dapat muncul saat seseorang terkena alergi bulu kucing meliputi:

  • Bersin-bersin
  • Hidung gatal, berair, atau tersumbat
  • Kulit kemerahan dan gatal
  • Mata merah
  • Batuk
  • Bentol-bentol
  • Kemerahan di kulit
  • Kulit gatal

Sedangkan pada gejala yang berat, penderita alergi bulu kucing dapat mengalami gejala, seperti:

  • Batuk yang makin memburuk
  • Sulit bernapas
  • Mengi atau napas berbunyi “ngik”
  • Wajah tampak pucat
  • Bibir dan kuku membiru

Gejala berat dari alergi bulu kucing umumnya dialami pada penderita alergi yang juga memiliki asma. Jadi, gejala alergi yang timbul dapat muncul bersamaan dengan serangan asma.

Mengapa Bisa Alergi Terhadap Bulu Kucing?

Alergi bulu kucing sebenarnya tidak seratus persen disebabkan oleh bulunya. Kontak dengan sel kulit mati (dander), air liur dan urine yang telah terkontaminasi bakteri dan virus adalah penyebab alergi bulu kucing yang sesungguhnya.

Ketika kucing melepaskan sel kulit mati atau menjilati tubuhnya dengan air liur, bakteri dan virus yang ada pada kulit mati dan air liur tersebut akan berpindah ke bulu kucing. Nah, saat tangan kamu menyentuh bulu tersebut, atau tanpa disadari bulunya terlepas dan terhirup, bakteri atau virus pada bulu kucing akan masuk ke dalam tubuh.

Jika masuk ke tubuh, sistem imun akan mendeteksi bahaya tersebut dan segera memproduksi zat antibodi untuk melakukan perlawanan. Akibatnya, terjadilah reaksi alergi. Reaksi alergi bulu kucing bisa terjadi sesaat setelah atau beberapa jam setelah pengidapnya melakukan kontak langsung dengan kucing.

Cara Mengatasi Alergi Bulu Kucing  

Sebenarnya cara terbaik untuk mengatasi alergi bulu kucing adalah tidak memelihara kucing atau menyentuhnya. Akan tetapi, bila alergi sudah muncul, dokter akan meresepkan obat, seperti:

  • Antihistamin, seperti cetirizine, untuk menghambat efek histamin yang menimbulkan gejala alergi
  • Dekongestan, seperti phenylprophanolamine, untuk meredakan hidung tersumbat
  • Kortikosteroid, biasanya berbentuk tetes hidung, untuk mengatasi peradangan di saluran napas akibat alergi

Saat gejala alergi bulu kucing sering kambuh dan tidak bisa sembuh dengan obat-obatan di atas, dokter akan memberikan obat inhibitor leukotrien dalam bentuk pil atau tablet kunyah guna meredakan gejala alergi.

Untuk terapi jangka panjang, dokter akan menyarankan penderita alergi kucing untuk menjalani imunoterapi dengan menyuntikkan alergen dalam dosis kecil. Imunoterapi dilakukan agar tubuh terbiasa dengan zat alergen dan tidak terlalu menimbulkan reaksi parah saat terpapar zat tersebut.

Saat gejala alergi bulu kucing tergolong ringan, penderita dapat mengonsumsi obat antihistamin yang dijual bebas di apotek sebagai penanganan awal.

Namun, bila gejala alergi bulu kucing tidak kunjung membaik atau bahkan muncul gejala berat, pemeriksaan dan penanganan langsung dari dokter IGD atau rumah sakit terdekat perlu dilakukan. Dengan begitu, penderitanya terhindar dari kondisi yang bisa mengancam nyawa.

(Arsa)

Back to top button