Bupati Zaki Ajak Profesor Universitas Indonesia Bahas Percepatan Penanganan Covid 19 Di Kabupaten Tangerang
Metrobanten, Kabupaten – Bupati Tangerang, A. Zaki Iskandar ajak pakar Epidemiologi Universitas Indonesia untuk bahas percepatan penanganan dan pencegahan Covid 19 di Kabupaten Tangerang, Rabu (03/06/20).
Acara digelar secara virtual melalui video conference (vidcon) yang diikuti oleh Forkopimda dan Camat se-Kabupaten Tangerang.
Bupati Zaki sendiri mengikuti vidcon di Lantai 5 Gedung Setda (Sekretariat Gugus Tugas Covid 19) dan didampingi oleh Sekretaris Daerah, Para Asisten Daerah, Kadinkes, Kadiskominfo, dan Kepala BPBD Kabupaten Tangerang.
Baca juga: Personel Ditsamapta Polda Banten Lakukan Penyekatan Kendaraan yang Mengarah ke Jakarta
Adapun yang menjadi narasumber dalam evaluasi penanganan dan pencegahan Covid-19 di Kabupaten Tangerang merupakan pakar dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia seperti Prof.Muhammad N. Farid, Prof. dr. Iwan Ariawan, MSH, Hafiza Juhril, M.Sc, dan Prof. dr. Pandu Riono, M.PH, Ph.D.
Bupati Zaki mengatakan, ke depannya Pemerintah Kab. Tangerang akan mencoba memperbanyak tes PCR. Ia berharap dengan semakin banyaknya tes setiap hari akan semakin banyak hotspot di daerah yang bisa dideteksi dan meminimalkan penularan yang lebih jauh.
Baca juga: Ahmed Zaki Iskandar Menerima Bantuan Penanganan Covid-19 Dari Kemendagri RI
“Saya yakin apabila kita melakukan pelonggaran PSBB dan diimbangi dengan tes yang banyak kepada masyarakat, mudah-mudahan kita bisa meminimalkan terjadinya penularan dan juga apabila dengan banyaknya tes dan tetap ada kenaikan kasus, kita bisa merawat pasien dengan baik di rumah sakit rujukan maupun di Rumah Singgah Anabatic,” beber Zaki.
Menurutnya, dengan pelonggaran PSBB ini tentu saja pasti pergerakan masyarakat tidak akan bisa dibendung lagi. Oleh karena itu, Ia meminta untuk semakin banyak masyarakat yang melakukan tes, apalagi apabila new normal sudah benar-benar dilakukan.
“Setelah ini saya akan mengajak Walikota Tangerang dan Walikota Tangerang Selatan untuk berdiskusi terkait penanganan dan pencegahan di Tangerang Raya, karena kita saling berarsiran daerahnya, tidak mungkin kita berjalan sendiri-sendiri,” ungkap Zaki.
Sementara itu, Prof. M.N Farid mengatakan, sangat penting sekali kita bisa memahami epidemi di wilayah Tangerang Raya. Dari data yang kami pelajari, di Kabupaten Tangerang itu mungkin ada beberapa hal yang bisa dilakukan adalah dengan memastikan jumlah tes yang besar. Itu intervensi pertama yang pemerintah lakukan.
Lanjutnya, Apabila jumlah test yang besar sudah dilakukan dan relatif stabil di angka yang tinggi jumlah tesnya, idealnya ada kenaikan kasus tetapi kalau ada penurunan kasus setelah dilakukannya sejumlah tes yang besar itu berarti memang infeksi sudah menurun. Tetapi apabila dilihat sekilas dari data di Kab.Tangerang, saat test dilakukan maka jumlah kasus juga naik.
“Sebenarnya ada cara-cara yang bisa membantu kita untuk menganalisis data lebih akurat dengan pemantauan epidemi, itu sebenarnya yang bisa membantu seberapa besar penularan terjadi, karena kalau kita mendasarkan perkiraan epidemi berdasarkan kasus yang dilaporkan ini kan bisa sangat keliru, kalau jumlah kasus yang dilaporkan tidak sesuai dengan yang ada di lapangan,” bebernya.
Menurutnya, masalahnya untuk menghitung data tersebut kita membutuhkan data yang benar-benar akurat dan sesuai apabila datanya tidak akurat dan tidak sesuai takutnya kesimpulannya bisa salah. Jumlah ideal yang diharapkan minimal dilakukan 3500 test per 1 juta penduduk.
“Kalau dengan jumlah populasi Kab. Tangerang yang hampir 4 juta penduduk maka dibutuhkan test sekitar 14.000, itu baru idealnya, tetapi banyak daerah lain yang juga belum mencapai angka idealnya,” Ucapnya.
Hal senada dikatakan oleh Prof. dr. Pandu Riono, M.PH, Ph.D, dengan kondisi seperti ini mungkin tidak akan berakhir cepat karena sampai saat ini vaksin masih belum ditemukan, dan yang harus pemerintah lakukan adalah membentuk kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat dan yang penting disiplin menggunakan masker.
“Pemerintah harus terus mendorong dan memonitor masyarakat agar memakai masker, terlebih nanti ketika new normal sudah sepenuhnya diberlakukan, karena apabila pergerakan massa sudah bebas, apabila tidak diiringi dengan kedisiplinan yang tinggi akan pentingnya menggunakan masker maka dikhawatirkan angka kasus semakin meningkat,” Ungkap Pandu. (Rls)