Badak Jawa Bercula Satu di TNUK Pandeglang Bertambah Dua Ekor

Metrobanten, Pandeglang – Populasi badak Jawa atau badak bercula satu (Rhinoceros Sondaicus) di kawasan Hutan Taman Nasional Ujung Kulon, Kabupaten Pandeglang, Banten mendapat dua keturunan. Selama tahun 2011 ada penambahan dua.
Kementerian Lingkungan Hidup mengumumkan kemunculan dua ekor anak badak cula satu atau yang dikenal dengan badak jawa.
Hendra Purnama petugas Evaluasi dan Data di Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) mengatakan Dua ekor anak badak jawa itu terekam kamera video trap di Semenanjung Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang oleh tim monitoring badak jawa TNUK pada bulan April dan Juni 2021.
“Populasi Badak Jawa terus berkembang biak karena pada 2010 juga bertambah keturunannya tiga ekor dan itu tidak terlepas dari pengawasan yang terus dilakukan,” kata Hendra Purnama petugas Evaluasi dan Data di Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Senin (6/2).
Baca juga: Wisatawan Taman Nasional Ujung Kulon Wajib Bawa Surat Hasil Rapid Tes
Hendra mengatakan penambahan populasi satwa langka di dunia tersebut berdasarkan pada hasil video yang dipasang di sejumlah titik di kawasan Semenanjung Ujung Kulon 2011 yang tercatat berjumlah 35 ekor.
Dari video di blok Cikeusik tersebut terlihat kawanan dengan dua anakan yang diperkirakan berumur lima sampai sembilan bulan. Anak badak tersebut dipastikan betina. Anakan tersebut biasanya akan diasuh induknya hingga berumur antara empat sampai lima tahunan.
“Saya yakin Badak itu bertambah regenerasi hasil jebakan video dan mereka hidup di habitatanya relatif aman,” ujarnya. Pemasangan kamera video tersebut dimaksudkan untuk mengetahui habitat, jumlah populasi, perilaku dan pengasuhan anaknya. Kini terdapat 30 buah kamera yang dipasang di berbagai titik. Idealnya, menurut Hendra butuh 120 unit kamera sehingga bisa lebih memastikan jumlah populasi seluruhnya. Pemasangan kamera tersebut berada pada radius dua kilometer dalam habitat badak Jawa.
“Kami akan melakukan pemasangan “video trap” sekitar 60 titik dan kemungkinan jumlah populasi Badak mencapai 100 ekor,” ujarnya.
Direktur Jenderal (Dirjen) Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem(KSDAE), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, Wiratno menyatakan, bahwa kelahiran badak jawa di TNUK itu merupakan salah satu contoh keberhasilan upaya perlindungan penuh badak jawa dan habitatnya di TNUK.
Hal itu tegasnya, adalah bukti optimisme yang selalu disampaikan Menteri LHK, Siti Nurbaya, bahwa di Indonesia terus terjadi pertumbuhan flagship species. Demikian juga optimisme bahwa tidak terjadi kepunahan seluruh flagship species di Indonesia, termasuk badak jawa.
“Ibu Menteri LHK selalu menyampaikan pesan optimisme, bahwa kita terus memastikan tidak terjadinya kepunahan seluruh flagship species, termasuk juga badak jawa. Kelahiran anak badak jawa di tahun 2021 ini, merupakan bukti nyata terjadinya pertumbuhan populasi flagship species di Indonesia. Saya sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu pelestarian badak jawa di TNUK yang juga merupakan kebanggaan masyarakat dunia ini,” kata Dirjen Wiratno di Jakarta, Senin (16/8/2021) yang dikutip dari siaran pers website resmi KLHK.
Baca juga: Konservasi Taman Nasional Ujung Kulon Perkuat Destinasi Wisata Tanjung Lesung
Balai Taman Nasional Ujung Kulon sepanjang tahun 2021 ini jelasnya, mencatatkan kelahiran 4 ekor anak badak jawa.
Anak badak jawa pertama dengan jenis kelamin betina (ID.083.2021) mulai terekam video kamera trap pada tanggal 18 Maret 2021 dari induk bernama Ambu (ID.023.2011).
“Kelahiran itu merupakan yang kedua bagi induk badak Ambu setelah tercatat sebelumnya melahirkan pada tahun 2017,” ujarnya.
Anak badak jawa kedua berjenis kelamin jantan (ID.084.2021) diperkirakan sudah berusia 1 tahun yang mulai terekam pada 27 Maret 2021 bersama induknya bernama Palasari (ID.008.2011).
Sementara anak Badak jawa ketiga berjenis kelamin jantan (ID.085.2021), perkiraan usia 3-4 bulan mulai terekam pada 12 April 2021 bersama induknya bernama Rimbani (ID.051.2012) dan merupakan kelahiran pertama kali.
“Rimbani merupakan anak dari induk yang bernama Ratih (ID.024.2011),” tegasnya.
Anak badak jawa keempat berjenis kelamin betina (ID.086.2021) dengan perkiraan usia 1 tahun terekam pada 9 Juni 2021 bersama induknya yang bernama Kasih (ID.032.2011).
“Kelahiran itu merupakan yang ketiga bagi induk Kasih setelah tercatat kelahiran sebelumnya,” jelasnya.
Badak jawa (Rhinoceros sondaicus) adalah jenis satwa langka yang masuk kedalam 25 spesies prioritas utama konservasi Pemerintah Indonesia. IUCN memasukkan spesies Badak jawa ke dalam status Critically Endangered dan CITES mengkategorikannya ke dalam Appendix I. (red)