Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah (8 Juli)
MetroBanten – Mencermati pemulihan ekonomi nasional yang sedang berlangsung, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik. Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut:
A. Perkembangan Nilai Tukar 4 – 8 Jul 2022
Pada akhir hari Kamis, 7 Juli 2022
- Rupiah ditutup di level (bid)995 per dolar AS.
- YieldSBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun di 7,22%.
- DXY[1]menguat ke level 107,13.
- Yield UST (US Treasury) Note[2]10 tahun naik ke level 2,995%.
Pada pagi hari Jumat, 8 Juli 2022
- Rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.975 per dolar AS.
- Yield SBN 10 tahun naik di level 7,26%.
Aliran Modal Asing (Minggu I Juli 2022)
- Premi CDS Indonesia 5 tahun naik ke 145,14 bps per 7 Juli 2022 dari 139,07 bps per 1 Juli 2022.
- Berdasarkan data transaksi 4 – 7 Juli 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp6,20 triliun (jual neto Rp3,54 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp2,66 triliun di pasar saham).
- Berdasarkan data setelmen s.d. 7 Juli 2022, nonresiden jual neto Rp117,90 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp58,99 triliun di pasar saham.
B. Inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali
- Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu I Juli 2022, perkembangan inflasi sampai dengan minggu pertama Juli 2022 diperkirakan sebesar 0,40% (mtm).
- Komoditas utama penyumbang inflasi Juli 2022 sampai dengan minggu pertama yaitu cabai merah (0,13%, mtm), bawang merah (0,12%, mtm), angkutan udara (0,08%, mtm), cabai rawit, (0,05%, mtm), tomat (0,02%, mtm), mie kering, nasi dengan lauk, dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01% (mtm).
- Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi pada periode minggu pertama Juli 2022 yaitu minyak goreng (-0,04%, mtm), telur ayam ras (-0,02%, mtm), daging ayam ras, bayam, kangkung, sawi hijau, jeruk, bawang putih, dan emas perhiasan masing-masing sebesar -0,01% (mtm).
Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait dan terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut. (Red)