Hutang Avtur Rp16 Triliun, Pertamina Stop Pasok BBM ke Garuda (GIAA)

Hutang Avtur Rp16 Triliun, Pertamina Stop Pasok BBM ke Garuda (GIAA)
Hutang Avtur Rp16 Triliun, Pertamina Stop Pasok BBM ke Garuda (GIAA)

 

MetroBanten, Jakarta – Pertamina (Persero) memutuskan tidak lagi menyuplai bahan bakar (avtur) kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk,.

Keputusan tersebut menyusul emiten tersebut mencatatkan utang avtur sebesar Rp16 triliun. Kabar tersebut disampaikan Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan.

Dahlan mencatat, keputusan Pertamina berdampak signifikan pada operasional armada pesawat milik maskapai penerbangan pelat merah itu. Setidaknya hanya 11 pesawat saja yang dioperasikan manajemen Garuda Indonesia.

“Setidaknya Garuda masih bisa tetap terbang. Sampai Kamis lalu. Biar pun hari itu hanya terbang dengan 11 pesawat. Itulah hari terbang paling minimal bagi Garuda. Setidaknya selama banyak tahun terakhir. Maka tidak salah kalau ada yang tetap berkata Garuda masih baik-baik saja. Setidaknya yang 11 pesawat itu,” ujar Dahlan dikutip di laman Disway, Selasa (21/12/2021).

BACA JUGA: Proposal Restrukturisasi Hutang Garuda Diserahkan ke Lessor dan Kreditur

Menurutnya, Garuda masih memiliki 40 lebih pesawat. Masalahnya, terkendala bahan bakar setelah Pertamina sudah tidak mau lagi memasok avtur kepada perusahaan. Bahkan Dahlan menilai ketegasan Pertamina itu sudah sangat telat.

“Pertamina sudah terlalu baik pada Garuda. Bagaimana dengan yang sebelas pesawat itu? Kok masih bisa terbang? Saya pun mencari info kanan-kiri. Siapa tahu Pertamina kembali jatuh kasihan. diberi lagi bahan bakar. Biar pun sekadarnya untuk 11 pesawat,” kata dia.

Ternyata, Pertamina tidak lagi memasok bahan bakar. Satu-satunya toleransi yang masih diberikan Pertamina adalah memberikan BBM, namun harus dibayar kontan. Artinya, sebelum ada uang masuk ke rekening Pertamina, BBM tidak akan dikucurkan. Seberapa masuknya uang, segitulah BBM yang diisikan ke pesawat.

“Rupanya Garuda masih punya uang. Masih bisa untuk membeli BBM secara eceran. Meski hanya cukup untuk 11 pesawat. Yang penting masih bisa baik-baik saja,” tutur Dahlan.

Di lain sisi, dia menyayangkan bahwa jumlah pesawat Garuda yang semakin berkurang. Pasalnya, jumlah penumpang domestik lagi ramai-ramainya.

BACA JUGA: Garuda Indonesia (GIAA) Sepakat Renegosiasi Hutang dengan 11 Kreditur

Dahlan berhitung, berapa pemasukan yang diterima Garuda. Lalu, berapa yang bisa disisihkan untuk membeli BBM eceran. Untuk keperluan besok, berapa pesawat yang akan terbang disesuaikan dengan berapa uang untuk BBM eceran hari itu.

Dia menilai hal itu mirip cara percetakan menyikapi utang penerbit surat kabar. Penerbit tidak tiap hari membayar ongkos cetak. Tunggu tagihan satu bulan. Walaupun belum bisa bayar koran harus tetap terbit setiap hari. Utang ke percetakan pun menumpuk, kian sulit ditagih.

“Pun ketika sampai tak tertahankan lagi. Percetakan pun mengancam: menghentikan cetak. Yang diancam cuek: bisa pindah ke percetakan lain. Utang lebih sulit lagi ditagih,” gumam dia.

Dia kemudian bertanya, apakah untuk BBM eceran ini Pertamina mengenakan harga sedikit lebih tinggi ke Garuda? Apakah juga mengharuskan Garuda mencicil utang lama biarpun ala kadarnya?

“Tak disangka perusahaan sebesar Pertamina kini harus ikut cara percetakan kecil. Apa boleh buat. Memang harus begitu –mestinya sejak dulu-dulu. Cara itu justru akan bisa memaksa Garuda lebih sehat, kalau saja tidak terlambat,” ungkap Dahlan.

“Maka sebenarnya Pertamina memang bisa membantu menyehatkan Garuda secara tidak langsung. Dengan cara Pertamina bersikap keras seperti itu. Sejak dulu. Agar Garuda bisa sehat. Terpaksa sehat. Dan lagi, Pertamina pun tidak sampai punya tagihan segajah itu,” lanjut dia.

(Red-IDX)

Back to top button