Peringgati Maulid Nabi, Warga Kalipasir Gelar Arakan Perahu Hingga Bagikan Nasi Uduk

MetroBanten, Tangerang – Kampung Kalipasir, Pasar Lama tidak pernah absen dalam memperinggati Hari Besar Islam, terlebih Maulid Nabi Muhammad SAW.
Dari pagi pukul 07.00 WIB warga sudah melakukan arak-arakan Perahu berisikan hasil bumi dan penuh hiasan berbagai pernak pernik mainan yang siap dibagikan kepada pengunjung Masjid Jami Kalipasir.
Salah satu pengurus Masjid Jami Kalipasir Raufi mengatakan, Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kampung Kalipasir tentunya berbeda darI kampung lainnya.
Tradisi arakan Perahu serta pembagian nasi uduk ini merupakan Warisan dari leluhur kita yang menyimbolkan Syiar Islam itu sendiri dan penyebaran Islam di Tangerang juga Banten.
“Ya, di Kalipasir ada sisi berbeda dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang merupakan warisan leluhur kami, dengan di lambangkan arak arakan perahu,” jelas Raufi, Rabu (20/10/21).
Raufi juga menjelaskan kembali, pada dasarnya ini berkaitan dengan sejarah, dimana secara tidak langsung Tangerang itu merupakan kota pelabuhan ke tiga setelah pelabuhan Banten dan pelabuhan Sunda kelapa di jaman tersebut.
BACA JUGA: Peringati Maulid Nabi Muhammad SAW, Wagub Banten Minta Masyarakat Tetap Jaga Prokes
Sehingga perekonomian atau lalu lintas perdagangan transportasi kapal itu sendiri melalui sungai Cisadane dan dahulu memori lokal tidak mengenal sungai Cisadane.
Yang mereka kenal itu Cipamunggas yang tertuang di dalam prasasti yang di tancapkan oleh Pangeran Sugri pada tahun 1684 yang salah satunya menyebutkan nama sungai Cipamunggas yang sekarang disebut sungai Cisadane.
“Jadi saya tidak tahu kapan nama kali itu berubah menjadi kali Cisadane tetapi warga sekitar Kalipasir menyebutnya Cipamunggas,” katanya.
Dan dari jalur perdagangan itu sendiri, sehingga masyarakat dan leluhur pada saat itu banyak yang menjual hasil pertanian dan perdagangan ke pelabuhan sehingga kami adaptasikan di dalam kegiatan Maulid Nabi itu sendiri.
“Dengan melakukan arak arakan perahu yang isinya itu hasil bumi dan itu merupakan syi’ar Atau lambang Syi’ar bahwa penyebaran Islam itu salah satunya dari perairan,” tutur Raufi.
BACA JUGA: Libur Maulid Nabi Muhammad SAW, Bupati Zaki Himabau ASN untuk Tidak Bepergian
Lebih lanjut, Raufi mengatakan, hasil bumi yang di masukkan kedalam kapal merupakan sodakoh,seperti buah-buahan dan sayur-sayuran itu di sodakohkan oleh masyarakat untuk orang yang kurang mampu atau para pengunjung yang berdatangan dari kampung-kampung sebelah.
Dan masjid Jami Kalipasir ini merupakan cagar budaya yang di tetapkan Kota Tangerang pada Tahun 2010 sehingga membuat pemerintah mengakui tradisi- tradisi yang ada di Masjid Jami Kalipasir.
Namun, sangat disayangkan pemerintah belum mengenal betul tradisi kami yang membuat kontribusi ke kita belum terlihat jadi perhatian mereka hanya sebatas pengakuan saja, tapi untuk parsitipasinya masih kurang kami rasakan.
“Tujuan kami mungkin sama dengan orang-orang terdahulu ingin memberikan warisan yang sifatnya baik dan membangun jadi dengan melestarikan tradisi ini yang erat dengan ke- Islamannya dapat berlangsung dan berjalan ke generasi-generasi selanjutnya,” pungkasnya kepada metrobanten.co.id.
Seperti diketahui, tradisi Maulid Nabi SAW di Kampung Kalipasir dilakukan pembacaan Asrakal di dalam Masjid Jami Kalipasir sambil berdiri dan ini merupakan warisan leluhur yang sudah turun menurun dilakukan tanpa meninggalkan pesan sejarahnya.
Adapun pembagian besek Nasi uduk yang sudah di isi berbagai macam lauk pauk dan lainnya dibuat sendiri oleh warga Kalipasir Pasar lama dimana pembuatan segala masakan maupun kue kue nya terkenal enak.
Besek dan buah dibagikan satu satu kepada pengunjung yang hadir dari berbagai Kampung oleh panitia Maulid Nabi SAW Kampung Kalipasir. (Red/dit)









