Ahok Tak Mau Berkomentar Soal Kebakaran Kilang Minyak Balongan

Ahok Tak Mau Berkomentar Soal Kebakaran Kilang Minyak Balongan
Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok merespons insiden kebakaran yang terjadi Kilang Balongan pada Senin (29/3)

 

Metrobanten, Jakarta – Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok merespons  insiden kebakaran yang terjadi di Refinery Unit IV atau Kilang Balongan di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat pada Senin (29/3) pukul 00.45 WIB.

Sayangnya, ia belum bisa memberi informasi lebih lanjut mengenai seberapa besar dampak kerugian yang akan ditanggung perusahaan minyak raksasa nasional itu usai kejadian kebakaran di area tangki minyak tersebut.

Ahok meminta agar hal ini bisa langsung ditanyakan ke Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.

“Bisa tanya dirut,” ucap Ahok singkat kepada CNNIndonesia.com, Senin (29/3).

Baca juga: Kilang Penyimpanan BBM Pertamina Balongan Ludes Terbakar

Sementara Nicke menjelaskan insiden kebakaran terjadi di tangki T301 di Kilang Balongan. Namun, kebakaran tidak terjadi di area produksi, melainkan hanya tangki penyimpanan minyak.

Hal ini, diklaimnya, tidak mengganggu operasional kilang ke depan. Namun, produksi memang terhenti dengan asumsi sekitar 4-5 hari ke depan.

Atas kejadian ini, BUMN itu langsung melakukan normal shut down atau pemutusan operasi kilang. “Agar arus minyak berhenti dan mencegah perluasan kebakaran,” terangnya.

Baca juga: Kapolri Ungkap Fakta Pasutri Pelaku Bom Bunuh Diri di Makassar

Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina Mulyono menegaskan stok BBM nasional aman usai kilang Balongan di Indramayu milik Pertamina terbakar.

Mulyono memaparkan stok Bensin (gasoline) tercatat ada 10,5 juta barel dan diperkirakan cukup untuk 27-28 hari ke depan.

“Jadi tidak ada masalah untuk gasoline karena permintaan 390 Mb atau 62,5 ribu kiloliter,” kata Mulyono.

Sementara itu, untuk stok Solar tersedia 8,8 juta barel atau cukup untuk 20 hari ke depan. Sedangkan Avtur masih tersedia 3,2 juta barel atau cukup untuk 74 hari konsumsi.

“Jadi sekali lagi, tidak perlu panik. Stok sangat banyak. Sangat berluber. Ini karena kondisi belum normal jadi konsumsi belum banyak,” tegas Mulyono. (red)

Back to top button