Pemkab Lebak Promosikan Kain Tenun Baduy ke Pasaran Dunia

Pemkab Lebak Promosikan Kain Tenun Baduy ke Pasaran Dunia
Mempromosikan kain tenun Baduy ke dunia melalui kerja sama dengan lembaga kementerian, pemangku kepentingan dan pengusaha.

 

Metrobanten, Lebak – Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten, membantu mempromosikan kain tenun Baduy ke dunia melalui kerja sama dengan lembaga kementerian, pemangku kepentingan dan pengusaha.

“Kita menerima laporan bahwa produk kain tenun Baduy sudah menembus pasar dunia,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lebak H Dedi Rahmat di Lebak, Jumat.

Pemerintah daerah mengapresiasi produk kerajinan masyarakat adat Baduy yang tinggal di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten bisa menembus pasar dunia.

Produksi kain tenun Baduy itu, tentu memiliki keunggulan berbeda dengan daerah-daerah lain di Indonesia. Keunggulan itu memikat konsumen dari berbagai negara untuk membeli kain tenun kerajinan masyarakat Baduy.

Baca juga: Zona Merah, Ini Langkah Pemkot Tangerang

Saat ini, harga kain tenun Baduy di kawasan kerajinan masyarakat Baduy di Kampung Kadu Ketug Desa Kanekes Kabupaten Lebak berkisar antara Rp150 ribu sampai 1,5 juta per potong dengan ukuran 3 meter persegi,katanya.

Menurut dia, menembusnya produksi kain tenun Baduy ke dunia itu tidak lepas peran kerja sama yang melibatkan lembaga kementerian, stokeholder dan pengusaha.

Bahkan, stokeholder dari Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Lebak mempromosikan kain tenun Baduy ke sejumlah negara di Benua Eropa.

Baca juga: BPN Serahkan Sertipikat Aset Pemkot Tangsel dan Tanah Wakaf  

Selain itu Lembaga Kementerian Pariwisata juga kalangan pengusaha,termasuk disainer muda Amanda I Lestari menampilkan pada fesyen dunia, “London Fashion Week” di Somerset House, London, Inggris.

“Dengan melalui kerja sama itu kini produk kerajinan tenun Baduy bisa menembus pasar dunia,” katanya menjelaskan.

Ia mengatakan, pihaknya hingga kini mengoptimalkan pembinaan kain tenun Baduy guna meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat setempat.

Pembinaan kerajinan kain tenun Badui tersebut di antaranya pelatihan hingga magang ke sejumlah daerah di Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Pelatihan kerajinan tenun Badui bertujuan meningkatkan mutu dan kualitas, di antaranya menggunakan bahan baku baku benang dari Majalaya, Bandung.

Selain itu juga bahan baku pewarna, corak dan motif dari pepohonan dan dedaunan yang alami.

Keunggulan kain tenun Baduy, kata dia, dari aneka motif cukup banyak, seperti motif poleng hideung, poleng paul, mursadam, pepetikan, kacang herang, maghrib, capit hurang, susuatan, suat songket, smata (girid manggu, kembang gedang, kembang saka), adu mancung, serta motif aros yang terdiri dari aros awi gede, kembang saka, kembang cikur, dan aros anggeus.

“Motif kain tenun Baduy memberikan kecintaan terhadap alam yang begitu penuh kekayaan,” katanya.

Ia menyebutkan, pembinaan kerajinan Badui itu dilakukan secara bertahap karena jumlah perajin sekitar 420 unit usaha tenun Badui dan memberikan dampak positif bagi penduduk sebanyak 10.600 jiwa.

Mereka perajin Baduy dikerjakan menggunakan peralatan manual tanpa mesin dan mereka mengerjakan satu potong kain tenun Baduy berukuran 2×3 meter persegi mencapai dua hari.

Saat ini, harga kain tenun Baduy di tingkat perajin mulai Rp 150.000 sampai Rp1,2 juta per potong dan tergantung ukuran.

“Kami menargetkan dengan pembinaan itu diharapkan kain tenun Baduy menembus pasar domestik dan mancanegara,” ujarnya menjelaskan.

Amir (40), seorang perajin kain tenun Baduy mengatakan dirinya ditengah pandemi COVID-19 seperti sekarang ini memasarkan produknya melalui media sosial, sebab kunjungan wisata ke kawasan Baduy relatif kecil bahkan tidak ada.

Pemasaran melalui medsos, seperti facebook, WA dan instagram dan website banyak pesanan konsumen dari berbagai daerah di Tanah Air juga mancanegara.

Saat ini, permintaan tenun Baduy cukup tinggi sehingga membantu pendapatan pelaku usaha dan bisa menumbuhkan ekonomni masyarakat.

“Kami ditengah pandemi Corona itu omzet mengalami penurunan dibandingkan sebelumnya bisa mencapai Rp45 juta/bulan. Namun, kami saat omzet pendapatansekitar Rp15 juta/bulan,” ujarnya menjelaskan.

Sementara itu, Ketua UKM DQ Baraya Kabupaten Lebak Endoh Mahfudoh mengatakan pihaknya saat ini menjual kain tenun Baduy ke pasar Vietnam karena permintaan konsumen di negara Paman Ho cukup tinggi.

Tingginya permintaan pasar di negara Vietnam ini terjadi setelah kerajinan Baduy mengisi kegiatan pameran melalui promosi yang dilakukan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Provinsi Banten.

Masyarakat Vietnam pun mengaku sangat tertarik produk-produk kerajinan masyarakat budaya Baduy dari Kabupaten Lebak, Banten.

Produk kerajinan yang dimaksud antara lain kain tenun, souvenir, aksesoris, lomar, selendang, tas koja, batik Badui. Selain itu juga batik pakaian Lebak dan batik Banten.

“Kami sangat terbantu produk kerajinan masyarakat Badui menembus pasar Vietnam itu,” katanya menjelaskan. (red)

Back to top button