30 Desa di Kabupaten Lebak Rawan Kekeringan Akibat Kemarau
Metrobanten, Lebak – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak, Banten, mencatat, terdapat 30 Desa yang tersebar di 16 Kecamatan di Lebak yang rawan bencana kekeringan, seperti Kecamatan Cimarga, Karanganyar, Cibadak, Warunggunung, Sajira, Muncang, Maja, Cirinten, Cileles, Banjarsari, Wanasalam, Cihara, Bayah, Cikulur, Cilograng dan Leuwidamar
BPBD Kabupaten Lebak terus mengoptimalkan pemantauan ke desa-desa sehubungan memasuki musim kemarau, meski curah hujan dua hari terakhir melanda wilayah itu. Namun intensitasnya relatif kecil sehingga belum mampu tidak memberikan ketersediaan air bawah tanah yang melimpah.
“Kami siap mendistribusikan air bersih jika warga mengalami kesulitan air akibat kekeringan ini,” kata Plt Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Lebak Ajis Suhendi di Lebak, Sabtu.
Baca juga: Limbah Sampah Medis Penuhi Sungai Cisadane
Pengalaman tahun-tahun lalu tercatat 30 desa tersebar di 16 kecamatan masuk kategori rawan kekeringan jika terjadi musim kemarau. Ke-16 kecamatan itu adalah Kecamatan Cimarga, Karanganyar, Cibadak, Warunggunung, Sajira, Muncang, Maja, Cirinten, Cileles, Banjarsari, Wanasalam, Cihara, Bayah, Cikulur, Cilograng dan Leuwidamar.
Daerah-daerah rawan kekeringan hingga mengakibatkan kesulitan air bersih berada di lokasi dataran tinggi.
“Kami menyiagakan sebanyak tiga unit kendaraan mobil tangki jika warga mengalami krisis air bersih,” katanya menjelaskan.
Baca juga: Lebak Tidak Memberlakukan Jam Malam, Bupati: Tingkatkan Kesadaran Warga Patuhi Protokol Kesehatan
Menurut dia, warga yang mengalami kesulitan air bersih karena berbagai faktor di antaranya belum tersentuh jaringan pelayanan PDAM juga ketersedian air bawah tanah terjadi kekeringan yang menyababkan sumur timba dan ‘jetpump’ tidak mengeluarkan air.
BPBD Lebak juga berharap warga yang belum tersentuh pelayanan PDAM agar bisa terlayani sehingga jika musim kemarau tidak terjadi krisis air bersih. Selain itu juga pemerintah dan masyarakat setiap tahun melakukan gerakan tanam di lahan-lahan milik masyarakat dan hutan untuk penghijauan kawasan sehingga dapat menyimpan resapan air.
“Kami terus bergerak dengan menanam aneka tanaman keras agar hutan jangan sampai kritis yang bisa menimbulkan kekeringan dan kesulitan air bersih itu,” katanya. (red)