MUI Angkat Bicara Soal Penolakan Rapid Test Kiai-Santri di Kota Serang
Metrobanten, Serang – Sekretaris MUI Kota Serang Amas Tadjudin angkat bicara soal adanya penolakan rapid test oleh Forum Silaturahmi Pondok Pesantren (FSPP) di ibu kota Banten. Ia menilai seharusnya pesantren jadi garda terdepan menyaring informasi hoaks dan fitnah.
“Pesantren adalah garda terdepan, benteng kebenaran, penyaring informasi hoaks dan fitnah serta sesuatu yang bertentangan dengan kaidah, norma dan hukum,” kata Amas di Serang, Banten, Rabu (17/6/2020).
Isu yang dihembuskan bahwa rapid test konon dicurigai sebagai intervensi komunisme China, menurut dia, tak jelas asal-usulnya. Hal itu, Amas menjelaskan, tak benar dan tidak dapat dipertangungjawabkan.
Baca juga: Ulama Dan Santri Kota Serang Banten Tolak Rapid Test, Begini Respons Walikota Serang
Rapid test untuk COVID-19 lanjutnya sebagai ikhtiar keselamatan diri dan keluarga. Bagi yang mengetahui ini justru bermanfaat.
“Sedangkan bagi yang menolak, mungkin belum banyak mengetahui dari segi manfaat, oleh karena itu harus terus disosialisasikan manfaatnya kepada masyarakat,” ujar Amas.
Baca juga: Pabrik Cat di Jatiuwung Kota Tangerang Terbakar Hebat
Di satu sisi, ia setuju kebangkitan komunisme atau PKI dalam bentuk apa pun harus dicegah. Ini katanya komitmen nasional bagi siapa pun agamanya dan alirannya.
Amas mengimbau agar warga tak terprovokasi oleh sesuatu yang tidak jelas menggunakan narasi keagamaan yang berujung kepentingan politik.
“Untuk itu menghimbau masyarakat agar tidak mudah terprovokasi oleh sesuatu yang tidak jelas sering kali menggunakan narasi keagamaan yang berujung kepentingan politik perebutan kekuasaan belaka,” ucap Amas.
Pada Selasa (16/6) beredar video penolakan rapid test dilakukan untuk kiai dan santri di Kota Serang dari kiai dan santri yang tergabung di FSPP. Salah satu kiai di video tersebut, Enting Abdul Karim, menyatakan alasan penolakan rapid test karena para ulama yang ketakutan.
“Kalau soal rapid jadi gini, kiai-kiai pada takut sebenarnya. Berawal dari ketakutan yang tinggi karena media sosial kadang-kadang menyiarkan, memberitakan nggak jelas,” kata Enting.
Di sisi lain, kata dia, Corona juga tidak sebahaya yang dibayangkan. Berobat hanya cukup dengan minum vitamin C dan berjemur. Selain itu, ada juga yang menyatakan bahwa virus tersebut tak lebih berbahaya dari flu burung.
“Kemudian muncul Perpu Corona itu, sehingga jadi bahasan terus semua kiai. Kemudian belum lagi nanti yang ditakutkan adalah penularan dari alat, ada isu jalan komunis masuk ke ranah kiai,” ujar Enting. (Red/Dtk)