9 Ancaman Kesehatan yang Dihadapi Para Generasi Milenial

Ancaman Kesehatan yang Banyak Dihadapi Para Generasi Milenial

 

Metrobanten, Kesehatan – Generasi milenial identik dengan generasi yang kreatif, produktif, dan juga dekat dengan teknologi. Namun, di balik itu semua terdapat sejumlah penyakit yang mengintai generasi milenial atau Gen Y ini. Tekanan darah tinggi hingga depresi jadi penyakit yang paling menghantui generasi milenial.

Kehidupan generasi milenial saat ini tidak terlepas dari kemajuan teknologi. Pada era digital ini, ponsel bukan lagi barang mewah, tetapi merupakan bagian dari kebutuhan primer. Hanya dengan satu kali klik, jutaan informasi bisa didapatkan.

Meski berbagai kemudahan didapatkan oleh generasi milenial, pada sisi lain mereka juga rentan terhadap berbagai ancaman kesehatan.

Baca juaga: 10 Pemilik Klub Olahraga Terkaya di Dunia, Sheikh Mansour Pemilik Manchester City di Posisi Kedelapan

Hasil studi Blue Cross Blue Shield (BCBS) menunjukkan generasi milenial memiliki tingkat prevalensi penyakit lebih tinggi dibandingkan generasi X pada usia yang sama. Generasi milenial juga menghadapi tantangan kesehatan pada usia yang lebih muda dibanding generasi sebelumnya.

Studi BCBC Health Index mendapati rata-rata generasi milenial mulai mengalami penurunan kesehatan di usia 27 tahun. Studi ini menemukan beberapa kondisi teratas yang mengancam milenial.

Apa saja gangguan kesehatan yang rawan terjadi pada mereka? Berikut di antaranya:

  1. Depresi

Studi yang dilakukan pada generasi milenial di AS ini mendapati depresi merupakan masalah utama milenial dengan prevalensi pada 2017 mencapai lima persen. Prevalensi ini meningkat 31 persen dibandingkan 2014.

Masalah yang dihadapi milenial seperti pekerjaan, keuangan, rumah, gaya hidup membuat depresi semakin meningkat.

  1. Obesitas

Generasi milenial hidup di zaman yang serba instan. Gaya hidup pun menuntut mereka untuk bergerak dengan lebih cepat, tanpa batas. Ini akhirnya memengaruhi selera mereka dalam memilih makanan. Makanan yang praktis dan cepat disaji lebih disukai ketimbang harus memasaknya sendiri. Ribet, demikian alasannya.

Bisa dipastikan, para milenial takkan menolak jika disuguhi piza, mi goreng, hamburger, nugget, dan ayam goreng. Padahal makanan tersebut mengandung tinggi kalori dan lemak jenuh yang tentunya dapat merugikan kesehatan.

Baca juaga: Akibat Sosmed Generasi Milenial Terpicu Depresi

Jika dikonsumsi berlebihan, makanan cepat saji dapat menaikkan risiko obesitas. Ujung-ujungnya, ini akan meningkatkan risiko seseorang terkena diabetes, darah tinggi, kolesterol tinggi, dan penyakit jantung.

  1. Penggunaan narkoba 

Prevalensi penggunaan narkoba juga meningkat pada milenial yakni mencapai dua persen. Penggunaan narkoba berbahaya karena dapat merusak saraf, otak, halusinasi, hingga kematian.

  1. Konsumsi alkohol

Konsumsi alkohol pada milenial mencapai 1,5 persen. Alkohol sering kali menjadi pelarian pelepas stres para milenial.

  1. Hipertensi

Tekanan darah tinggi atau hipertensi pada milenial mencapai 8,1 persen atau meningkat 16 persen dibandingkan 2014. Hipertensi merupakan faktor risiko bagi banyak penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung dan stroke.

  1. Hiperaktif

Kebanyakan milenial juga hiperaktif atau terlalu aktif. Milenial cenderung menjalani banyak kesibukan yang tak sesuai dengan kesanggupan diri. Akibatnya, banyak milenial mengalami kelelahan dan depresi.

  1. Kondisi psikotik

Kondisi psikotik merupakan gangguan jiwa saat diri sendiri tak bisa menilai kenyataan yang terjadi, misalnya halusinasi, waham, dan perilaku aneh. Prevalensi milenial yang mengalami kondisi ini mencapai 0,9 persen.

  1. Kurang mampu bersosialisasi

Bagi generasi milenial, memiliki ratusan teman di media sosial dan mendapat puluhan likes setiap kali menggunggah foto di media sosial seolah jauh lebih penting ketimbang memiliki sahabat di dunia nyata. Ibarat pepatah, teknologi menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh.

Ketika berkumpul dengan teman-teman sebaya pun, generasi milenial cenderung lebih asyik dengan ponselnya sendiri ketimbang mengobrol. Internet benar-benar memisahkan manusia satu dengan manusia lainnya. Tak heran jika milenial dikatakan sebagai generasi yang individualistik. Dan bahayanya, hal tersebut dapat berujung pada kesepian dan gangguan mental seperti depresi.

  1. Bullying

Bullying memang bukan fenomena di kalangan milenial saja. Perilaku ini sudah ada sejak dulu, dan kini seolah dianggap lumrah. Namun dengan kemajuan teknologi dan orang yang kini cenderung reaktif di media sosial, perundungan di era digital alias cyberbullying menjadi makin rentan.

Di Instagram dan Twitter misalnya. Setiap kegiatan seseorang lebih mudah dipantau oleh orang lain. Terlalu banyak berbagi sesuatu (oversharing) juga membuat orang rawan jadi korban perundungan. Misalnya, ketika mereka mengemukakan pendapat yang tak umum, bisa berpotensi terjadi pertentangan yang kemudian membuat orang tersebut jadi bahan bullying.

Jika tidak ditangani dengan tepat, bullying dapat membuat korbannya rentan depresi, bahkan bisa berujung pada bunuh diri. 

Berbagai kemudahan yang didapatkan oleh generasi milenial, tentu perlu menjadi perhatian bagi para orang tua. Terlebih pada era yang serba instan ini, milenial makin rentan mengalami ancaman kesehatan seperti di atas.

Sebagai orang tua, penting sekali untuk tak hanya memperhatikan kesehatan fisik anak tetapi juga kesehatan mental mereka. Yuk, rangkul mereka untuk lebih sadar akan kesehatannya. (arsa)

Back to top button