Puluhan Seniman Dorong Gerakan Literasi Berbudaya

Metrobanten – Sejumlah seniman dari berbagai komunitas dengan semangat muda berkolaborasi meramaikan acara Festival Literasi Tangerang Selatan 2017. Para pelaku seni fokus ingin kembali mempopulerkan budaya menulis dan membaca yang semakin menurun di kalangan masyarakat.

Ada beragam kegiatan yang ditampilkan musisi, penyair, pelukis, kurator dan lain-lainnya dalam rangka menyambut HUT ke-9 Kota Tangerang Selatan. Seperti bazzar buku-buku sastra, kaos sablon kontemporer, mural, pembacaan puisi, syair dan mobil perpustakaan keliling milik Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Tangerang Selatan.

“Budaya menulis dan membaca bisa terus ditularkan kepada generasi selanjutnya sebagai kegiatan seni yang berbudaya,” kata Direktur Festival Literasi, Hilmi Fabeta di Kandank Jurang Doank, Kelurahan Sawah Lama, Kecamatan Ciputat, Sabtu (4/11/2017).

Menurutnya, kegiatan Festival Literasi Tangsel 2017 ini memiliki 11 program unggulan. Salah satunya mempertemukan tujuh penyair, tujuh musisi muda lintas disiplin bidang, tujuh perupa atau seniman. Mereka akan menghasilkan satu karya kolaborasi.

Model karya yang dihasilkan dalam bentuk compact disk, workshop penerbitan buku, serta penerbitan buku antologi puisi dan esai dengan tema “Situ, Kota, dan Paradoks” yang menfasilitasi sekitar 50 penulis dengan beragam latar belakang.

Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Tangerang Selatan, M Taher Rochmadi, menyatakan bahwa komunitas seniman juga sebagai bagian dari masyarakat di Kota Tangerang Selatan yang berkegiatan. Maka sudah seyogyanya difasilitasi.

Ia berharap acara Festival Literasi Tangsel yang pertama kali digelar kedepanny bisa kembali bergulir. “Kedepan masyarakat yang awam bisa sepuluh kali lipat lagi yang hadir melihat acara ini,” ujar Taher.

Rencana strategisnya masyarakat bisa melihat karya-karya seniman  yang telah dihasilkan. Sebab dengan karakteristiknya yang berbudaya secara masif bisa diikuti oleh para penghuni gedung-gedung bertingkat yang ada di Kota Tangerang Selatan.

“Literasi itu memang memerlukan rasionalitas, kota kita juga perlu estetika,” tambah Taher.

Masih di lokasi yang sama, Ketua Dewan Kesenian Provinsi Banten, Capcai, menyampaikan melihat artikulasi yang terus merosot mendorong para seniman merasa terpanggil. Literasi adalah sebuah gerakan rasionalisme sebagai basis kesadaran manusia yang logis.

“Saya berharap kita yang ada disini bisa memulai hal-hal atau perangkat media sosial yang bisa kita langsung masuk sebagai manusia literer,” ungkapnya. Ia melihat sudah ada sejumlah tokoh bangsa memberikan konstribusi positif dalam memajukan bangsa serta negara ini lewat literasi.

Sebut saja seperti Tan Malaka yang bergerak masif dari Sabang sampai Merauke menggunakan karya-karya sastra untuk memerdekakan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kemudian ada Soekarno dalam kesunyiannya di daerah pengasingan seperti Bengkulu, Danau Toba dan lain-lain mampu memerankan kemampuannya sebagai sosok literer.

“Ini yang kita butuhkan. Semoga Tangerang Selatan mampu menjadi pelopor mengarahkan menjadi gerakan literasi nasional,” tutur Capcai. (yud)

 

Back to top button