Program Pembuatan Biopori Mampu Minimalisir Banjir di Kota Tangerang

Metrobanten, Kota – Atasi banjir di Kota Tangerang program pembuatan biopori ukuran jumbo ternyata mampu meminimalisir beberapa titik lokasi banjir.

Program tersebut dilakukan di 300 lokasi pemukiman warga Kota Tangerang dalam program Kampung Iklim Bebas Banjir, dan sudah dilakukan dari pertengahan tahun lalu.

Genangan yang selama ini menjadi masalah saat musim penghujan tiba, kini telah terselesaikan dari upaya warga sendiri yang secara mandiri membuat lubang biopori berukuran jumbo di lingkungan rumahnya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Engkos Zarkasyih mengatakan, Kampung Iklim Bebas Banjir memiliki 11 program kegiatan di dalamnya yakni Urban Farming, Penghijauan, Penghematan Energi, Sumur Resapan, Biopori, Penataan Lingkungan, Pengolahan Air Limbah, Bank Sampah, Pengurangan Sampah Di Sumber (3R), Komposting dan Tanaman Obat Keluarga (Toga).

Pembuatan biopori dalam program ini berbeda karena lebih besar dari yang biasanya berukuran 10 sentimer kini menjadi 30 sentimer. Tujuannya adalah untuk mengurangi genangan ketika hujan turun.

“Program biopori telah efektif mengatasi genangan di pemukiman warga seperti di Gerendeng Pulo. Biasanya terjadi genangan mencapai 30 sentimeter, kini sudah tidak lagi berkat warga yang sudah membuat biopori,” katanya.

Lubang Biopori ini menjadi lubang resapan air hujan sehingga meresap ke dalam tanah dan mengurangi genangan. Program ini pun akan terus ditingkatkan namun dengan diameter lubang lebih besar.

“Pemkot Tangerang pun telah mencanangkan pembuatan sejuta biopori mulai dari pemukiman, sekolah hingga kantor pemerintahan yang semunya melibatkan warga,” katanya.

Sementara itu, penanganan banjir lainnya yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Tangerang pada tahun ini adalah dengan membangun Embung di Kecamatan Karang Tengah senilai Rp2 Miliar. Banjir yang biasanya merendam pemukiman warga karena disebabkan limpasan air dari Kali Angke, ditargetkan terselesaikan pada tahun ini.

Kepala Bidang Tata Air Dinas PUPR Taufik Syahzeni menjelaskan, Embung yang dibangun tersebut memiliki fungsi sebagai tempat penampungan air sementara.

Sehingga, ketika terjadi limpasan air dari Kali Angke maupun debit air yang tinggi akibat curah hujan maka bisa ditampung di Embung tersebut. Usaha lainnya yang dilaksanakan dalam mengatasi banjir di Karang Tengah pada tahun lalu adalah dengan membangun turap di Kali Angke.

Proses penurapan yang terus berjalan sejak beberapa tahun tersebut adalah bagian dari penanganan banjir di wilayah timur Kota Tangerang. Selain itu, Pemkot Tangerang pun melengkapinya dengan sembilan pompa air yang siap memompa air yang limpas ke permukiman warga.

“Jika memang adanya banjir yang menggenangi pemukiman warga maka pompa yang ada siap dipergunakan. Jadi, usaha penanganan banjir ini terus berjalan,” katanya.

Selanjutnya, Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kota Tangerang Banten telah menyiagakan sejumlah alat pendukung seperti karung berisi pasir, bronjongan dan pompa penyedot air dalam mengantisipasi terjadinya banjir.

Adapun alat pendukung yang dimiliki oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang adalah pompa penyedot air sebanyak 127 unit, karung plastik, pasir, batu kali, bronjongan. Ada juga alat berat seperti amfibi dan eksavator masing – masing tiga unit, perahu sebanyak tiga unit.

Selain alat pendukung, Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Air pun telah menyiagakan petugas lapangan yang membantu dalam proses penanganan banjir. Jumlahnya mencapai 665 orang yang belum termasuk dari instansi lainnya seperti Tagana, BPPB maupun relawan.

Diharapkan dengan berbagai usaha Pemkot Tangerang dalam mengatasi permasalahan banjir di Kota Tangerang lambat laun dapat berkurang.            (Adv)

Back to top button